Berita Purbalingga

Kisah Cinta Eks Cakrabirawa Penjemput AH Nasution di Purbalingga, Berjuang Melawan Stigma

Saat itu, Sri dikenalkan oleh mantan kekasihnya kepada Sulemi. Mereka pun akhirnya saling mengenal dan saling menyukai

TRIBUNBANYUMAS/FARAH ANIS RAHMAWATI
KENANGAN LEWAT FOTO — Sri Pangestuningsih, istri almarhum Sulemi menujukan foto bersama suaminya, Selasa (30/9/2025). Sulemi dikenal sebagai eks Cakrabirawa asal Purbalingga. 


Sri pun akhirnya meminta izin untuk menikah. Meskipun saat itu Sulemi tidak bekerja dan masih banyak stigma negatif tentangnya, ia tetap bertekad untuk menerima. 


Namun saat meminta izin untuk menjalani kehidupan berumah tangga, keluarga Sri sempat menolak. Bahkan Sri sempat diasingkan ke rumah adiknya di Surabaya. Pengasingan tersebut rupanya tidak merubah perasaan Sri. Ia tetap berhubungan baik dengan Sulemi meski melalui surat. 


"Tapi meski saya diasingkan, kita sering berkomunikasi melalui surat," katanya. 


Lambat laun, hubungan mereka pun akhirnya direstui sang ayah. Ayah Sri terkagum karena melihat sosok Sulemi yang rajin, baik dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan dalam kegiatan sosial di sekitar tempat tinggalnya. 


"Kata bapak saya, Sulemi ini orangnya rajin, suka bantu-bantu warga disini bersih-bersih. Bapak saya pikirnya oh mungkin dia sosok yang bakal sayang istri, akhirnya hubungan kami direstui," ujarnya. 


Sri dan Sulemi akhirnya resmi menikah pada bulan April tahun 1981. Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai seorang anak laki-laki di tahun 1982. 


Meski dalam kehidupan rumah tangganya sang suami sempat kesusahan untuk mencari pekerjaan, akibat stigma negatif yang terus melekat. Sri menceritakan Sulemi sempat bekerja selama 1,5 tahun di Tanjung Priok. 


"Dulu sekitar tahun 1983, bapak sempat kerja di Tanjung Priok kurang lebih ada 1,5 tahunan. Tapi akhirnya pulang lagi kesini, setalah ada peristiwa Tanjung Priok di tahun 1984," tuturnya. 


Setelah kembali ke Purbalingga, Sulemi belum kembali mendapatkan pekerjaan. Menurutnya, sang suami masih kesusahan untuk mendapatkan kerja. 


Namun karena Sri sudah terbiasa berjualan sejak ia masih kecil, ia pun akhirnya memutuskan untuk berdagang. 


Dalam kehidupan sehari-hari, mereka saling membantu. Saat Sri berjualan di pasar, Sulemi membantu pekerjaan di rumah, mulai dari memasak hingga bersih-bersih. 


Selain itu, Sri juga menceritakan dalam aktivitas sehari-hari, Sulemi dikenal sebagai orang yang cukup aktif dalam kegiatan sosial dan sering mengurus musala. Sehingga lambat laun stigma negatif tentangnya pun mulai berkurang. 

Berkat Gusdur

Namun masalah akibat melekatnya nama Sulemi dengan peristiwa G30S/PKI sempat kembali datang saat putranya hendak mendaftar sebagai anggota polisi. 


"Saat itu, kami mendapatkan kiriman surat kaleng. Katanya anak kami tidak bisa jadi polisi karena anak bekas G30S. Terus bapak dipanggil untuk klarifikasi," katanya. 

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved