Liputan Khusus
Usaha Mati karena Food Center Purbalingga Sepi, Pedagang Sayangkan Alun-alun tak Lagi Steril
Meskipun sepi pemandangan sehari-hari, segelintir pedagang itu tetap terlihat bersemangat.
Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, PURBALINGGA — Suasana Purbalingga Food Center (PFC) siang hari itu lengang. Hanya terlihat ada lima stan pedagang yang buka. Namun tidak terlihat ada satupun pengunjung datang.
Padahal, PFC sengaja dibangun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga untuk menyatukan seluruh pedagang kaki lima (PKL) agar memiliki tempat penjualan terpusat.
Juga agar kawasan Alun-alun steril dari PKL. Pusat keramaian jual beli berpindah dari alun-alun ke PFC. Pemkab harapannya bisa menertibkan kawasan alun-alun, sekaligus memberi solusi bagi PKL agar tetap berpenghasilan.
Namun jauh panggang dari api. PFC yang sempat sebentar ramai kini mulai ditinggalkan pedagang karena sepi.
Suara obrolan ataupun tawa para pengunjung yang menghiasi setiap sudut tempat tersebut kini sudah jarang lagi terdengar.
Hanya ada suara deru kendaraan melintas yang sesekali memecah keheningan, sekaligus menjadi harapan tipis para pedagang.
Meskipun sepi pemandangan sehari-hari, segelintir pedagang itu tetap terlihat bersemangat.
Ada yang memasak menyiapkan dagangan, membersihkan meja dan kursi, hingga menyapu lantai stan agar pengujung nyaman.
Siti, salah satu pedagang nasi uduk di PFC mengakui sepi sudah menjadi makanan sehari-harinya.
Ia prihatin PFC sudah mulai ditinggalkan, baik oleh pengunjung ataupun pedagang itu sendiri.
"Saya rasa sudah setengah tahun kondisinya seperti ini, sepi, jarang pembeli datang. Pedagang-pedagang kecil yang biasanya jualan disini juga udah pada keluar semua, mereka sekarang lebih milih jualan di lingkar GOR atau di alun-alun," ungkapnya saat dijumpai Tribunbanyumas.com, Selasa (9/9/2025).
Baca juga: Karyawan Bank di Wonogiri Nekat Curi Uang Rp 10 Miliar Bergaji Rp 3,5 Juta per Bulan
Pemkab tak Tegas
Sebelumnya, saat PFC masih ramai ia bisa menghabiskan hingga 7 kilogram beras. Namun semenjak sepi, ia hanya menyetok 3 kilogram beras saja.
"Itupun kadang sampai jam 12 masih sisa," ungkapnya.
Siti bahkan mengaku hanya berpenghasilan hingga Rp85.000 saja sehari.
Ia pun berharap pemerintah dapat lebih memperhatikan kembali nasib para pedagang kecil sepertinya.
Ia pun menyayangkan masih ada pedagang yang nekat berjualan di alun-alun meski sudah dilarang pemerintah. Ia sekaligus mempertanyakan mengapa aktivitas niaga di area alun-alun masih dibiarkan padahal sudah ada aturan yang melarang.
"Harapannya saya pengennya ya ramai lagi, biar ada kemajuan, kalau bisa si saya pengen jualan di alun-alun lagi. Tapi kalau memang pengennya pemerintah PKL itu dipindah kesini biar alun-alun steril, ya jangan ada pedagang di sana, tapi kenapa sekarang pada boleh?," ujarnya.
Khoiriyah yang merupakan pedagang sate madura di PFC juga menuturkan hal yang sama. Ia telah berjualan di tempat tersebut sejak pukul 06.00 WIB hingga tengah malam pukul 23.00 WIB, namun kondisi di PFC tetap sama, sepi dan jarang ada pembeli.
Ia sudah empat tahun berjualan sate. Setelah dipindah di PFC, omsetnya justru menurun drastic.
Menurutnya hal tersebut terjadi karena berkurangnya minat pengujung ke PFC. Juga maraknya pedagang baru yang berjualan di kawasan Alun-alun.
Hal tersebut memancing pedagang lama di PFC untuk kembali berjualan di kawasan alun-alun.
"Dulu, waktu alun-alun sama lingkar GOR steril disini rame. Tapi begitu mereka pada jualan di sana, disini jadi sepi lagi," katanya.
Ia berharap, melihat kondisi pedagang PFC yang semakin memperihatinkan, pemerintah dapat lebih tegas menertibkan para pedagang yang berjualan di alun-alun ataupun lingkar GOR.
"Dulu waktu kami dipindah katanya biar alun-alun itu steril, tapi kenapa sekarang mereka balik lagi?, lah kami yang disini bagaimana?," katanya.
Meski sepi, Khoiriyah memilih tetap berjualan di PFC karena tidak ada pilihan pekerjaan lain.
Usia yang tidak muda lagi membuatnya sudah tidak kuat mendorong gerobak, sehingga taka da pilihan lain kecuali bertahan.
"Untungnya si sekarang dagangan bisa dijual online ya, jadi agak mendingan, meskipun belum sebanyak dulu omsetnya. Gapapa lah mba, dari pada harus berhutang," ucapnya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.