TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Organisasi Angkutan Darat (Organda) khusus Pelabuhan Tanjung Emas mengungkapkan, konflik Iran vs Israel tak memengaruhi aktivitas pengiriman barang ekspor dan impor.
Bahkan, dua pekan terakhir, permintaan truk meningkat lantaran aktivitas pengiriman barang di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang juga meningkat.
"Muatan saya banyak, mau buang muatan susah. Truk full semua. Kegiatan ramai sekali di Semarang, khususnya Tanjung Emas," ungkap Ketua DPC Organda Khusus Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Rizal Yosianto, Minggu (29/6/2025).
Rizal menjelaskan, saat ini, pengusaha truk justru bisa memilih muatan yang ingin diangkut.
Baca juga: KKS 2025 Kembali Digelar di Menara Teratai, Dorong UMKM dan Ekonomi Digital di Banyumas Raya
Mereka juga memiliki nilai tawar. Calon pengguna yang menawarkan ongkos lebih tinggi yang diambil.
Hal itu karena volume barang sangat banyak sedangkan penambahan unit cukup terlambat.
"Lama-lama jadi menyesuaikan, yang berani bayar mahal yang dapat truk," ujarnya.
Munculnya Kawasan Industri
Menurut Rizal, sistem pengiriman yang berlaku adalah borongan sekali jalan.
Sistem ini menggunakan persentase pembagian 40 persen untuk driver dan 60 persen pemilik angkutan truk.
Namun, ada pula yang menerapkan pembagian 50:50.
Rizal menyebut, aktivitas ekspor maupun impor sama-sama ramai.
Begitu pula pengiriman domestik antarpulau, juga tinggi.
Baca juga: Pelabuhan Internasional Senilai Rp71 Triliun Bakal Dibangun di Jepara, Investor China Berminat
Pengiriman domestik didominasi pupuk dan bahan makanan.
Sementara, aktivitas impor lebih pada bahan baku dan mesin.
Menurut dia, ramaianya aktivitas ekonomi di Tanjung Emas Semarang tak lain karena munculnya kawasan industri di sekitar Semarang.
"Mungkin karena ada kawasan Kendal, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Ada juga Jatengland di Sayung."
"Mereka menjadi salah satu penyumbang volume terbesar. Banyaknya pabrik baru, muatan mesin baru, bahan baku, dan lain-lain," jelasnya. (*)