Unsoed

Sehari 1 Rumah Hasilkan Sampah 5 Kg, Mahasiswa Unsoed Ubah Limbah Jadi Kaya Manfaat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) memberikan pelatihan dan pengenalan program pembuatan eco-enzyme Kepada Ibu-Ibu PKK.

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) mampu mengubah limbah menjadi eco-enzyme yang merupakan bahan kaya manfaat.

Warga Desa Karangsalam Kidul, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas dipusingkan dengan sampah rumah tangga yang mencapai 5 kilogram perrumah setiap hari.

Hal ini diperparah dengan jadwal pengambilan sampah oleh pihak kolektor sampah yang tidak teratur hingga terjadi penumpukan sampah.

Kondisi ini mengundang binatang-binatang, seperti kecoa, lalat, dan semut untuk datang.

Baca juga: Jangan Dibuang! Tim PKM Unsoed Ajak Warga Banyumas Daur Ulang Jelantah Jadi Sabun atau Lilin

Binatang-binatang tersebut adalah serangga hama permukiman yang dapat merugikan baik di bidang kesehatan, ekonomi, maupun estetika.

Proses Pembuatan Eco-Enzyme (Istimewa)

 

Permasalahan ini menggugah lima mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman, yaitu Raihanah Alya Zahra, Anisa Permata Aulia, Khofifah Noor Fatihah, Jumia Rosiyani, dan Shidqi Ryza Nugraha dari jurusan Biologi untuk memberikan solusi dalam menanggulangi permasalahan sampah dan serangga hama di perumahan ini.

Solusi yang ditawarkan adalah dengan mengelola sampah organik menjadi sesuatu yang lebih bernilai guna.

Salah satunya adalah dengan mengolahnya menjadi eco-enzyme yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai insektisida alami untuk menanggulangi serangga-serangga hama.

Bahan-Bahan Pembuatan Eco-Enzyme (Istimewa)

Raihanah Alya Zahra selaku ketua tim menjelaskan bahwa program ini, selain bertujuan menanggulangi masalah sampah dan serangga hama, juga memiliki beberapa tujuan lainnya.

Tujuan ini di antaranya untuk menambah pengetahuan mengenai pengolahan dan daur ulang sampah, melakukan edukasi mengenai serangga hama dan dampaknya bagi masyarakat serta cara menanggulanginya.

Selain itu juga mengevaluasi efektivitas kegiatan pelatihan monitoring untuk memberikan pengetahuan tentang eco-enzyme yang berguna sebagai insektisida alami. 

Eco-enzyme merupakan cairan hasil fermentasi dari limbah organik buah-buahan, sayuran, batang sayur, dan limbah organik lainnya yang memiliki banyak manfaat.

Manfaat eco-enzyme terbagi menjadi tiga, yaitu untuk pertanian (sebagai pupuk organik cair, pestisida nabati, insektisida nabati), untuk kesehatan (sebagai desinfektan, cairan pembersih), untuk rumah tangga (sebagai pengganti sabun mandi, pembersih lantai, obat kumur).

Baca juga: Mahasiswa KKN Internasional Unsoed Mengabdi kepada Anak-anak Indonesia di Malaysia

Namun, pada program ini, tim PKM ini lebih berfokus pada manfaatnya sebagai insektisida alami.

Program Kreativitas Mahasiswa Unsoed

Saat ini, program pelatihan ini menjadi salah satu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2023 yang lolos didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dosen pembimbing mahasiswa pada PKM 2023 ini, Dr Trisnowati Budi Ambarningrum, berharap agar ide kreatif ini dapat menginspirasi generasi muda dan masyarakat lainnya untuk mengolah sampah organik, baik yang dihasilkan oleh diri sendiri maupun orang lain.

Bahan-bahan yang digunakan sebagai insektisida alami contohnya seperti kulit jeruk dan sereh.

Baca juga: TOP! 24 Mahasiswa Unsoed Jalani KKN Internasional di Malaysia

Bahan-bahan ini tidak disukai serangga karena kulit jeruk memiliki konsentrasi limonene sebesar 90-95persen.

Limonene merupakan senyawa kimia yang beracun bagi semut, nyamuk, lalat dan serangga lain.

Sedangkan tanaman sereh mengandung sitronelol dan geraniol yang merupakan bahan aktif yang tidak disukai dan sangat dihindari serangga.

Pada pembuatan eco-enyzme yang kami lakukan menggunakan formulasi 6:3:1 dimana 60 persen air bersih, 30 persen sisa sayuran atau kulit buah-buahan (terdiri dari 15 persen sampah kulit jeruk dan 15 persen sereh) dan 10 persen gula merah.

Untuk perbandingan dari insektisidanya sendiri yaitu MES 1 kg garam krosok/garam teknis 750 gram dan eco-enzyme 4 liter.

Keistimewaan lain dari eco-enzyme salah satunya yaitu tidak memerlukan lahan luas dalam proses fermentasi seperti pembuatan kompos, bahkan tidak memerlukan wadah dengan spesifik tertentu.

Eco-enzyme hanya membutuhkan media seukuran botol sehingga dapat menghemat tempat pengolahan.

Botol-botol bekas pun dapat digunakan kembali sebagai wadah fermentasi.

Hal ini juga mendukung konsep reuse.

Baca juga: Unsoed Lepas Mahasiswa KKN ke Malaysia dan Thailand, Mengabdi di Negara Orang?

Dari adanya program ini, akan memberikan beberapa manfaat bagi ibu-ibu anggota PKK dalam mengatasi masalah terkait pembuangan dan pengolahan sampah organik dari rumah tangga.

Eco-enzyme tersebut akan dimanfaatkan untuk bahan insektisida alami yang tentunya sangat membantu dalam menanggulangi serangga hama baik di dalam rumah maupun luar rumah bahkan hama yang merusak tanaman dari ibu-ibu anggota PKK tersebut.

Selain itu, eco-enzyme juga dapat dijadikan beberapa produk turunan yang dapat memberikan peluang usaha bagi ibu-ibu anggota PKK di perumahan Sapphire Regency, Jl KS Tubun, Purwokerto Barat.

Salah satu produk turunannya yaitu digunakan sebagai bahan detergen cair berbahan dasar eco-enzyme yang berfungsi untuk mencuci baju, perabotan rumah tangga, serta dapat digunakan untuk pembersih lantai. 

Dengan adanya program ini, mitra yaitu ibu-ibu PKK diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang penanganan sampah organik khususnya kulit jeruk dan sereh sebagai bahan pembuatan eco-enzyme.

Selain itu, diharapkan juga pemanfaatan eco-enzyme ini dapat terus berjalan. (*)

Baca juga: Gunakan Jamur untuk Bersihkan Limbah Tekstil, Tim Unsoed Raih Penghargaan Internasional

Berita Terkini