Lebaran 2023

Tradisi Ziarah Makam saat Lebaran, Warga Tambakrejo Semarang Tabur Bunga di Permakaman Tertutup Rob

Editor: rika irawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keluarga besar Dani Rujito berziarah ke makam ayah dan kakeknya yang tertutup rob di pesisir Tambakrejo, Kota Semarang, Sabtu (22/4/2023).

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Beberapa batu nisan menyembul di antara tanaman mangrove dan sejumlah bambu yang terbawa arus laut di kawasan Tambakrejo, Semarang Utara, Kota Semarang, Sabtu (22/4/2023).

Tampak pula ban truk dan sampah plastik botol di antara makam itu.

Di sudut area tersebut, ada dua perahu nelayan yang dinaiki belasan orang dari keluarga besar Dani Rujito (45), warga Tambakrejo.

Mereka tengah melantukan tahlil diamini oleh desiran ombak yang sesekali menggoyang perahu.

Baca juga: 4 Pos Pelayanan Pajak Kota Semarang Tetap Buka saat Libur Lebaran, Catat Hari dan Jamnya!

Selepas berdoa, mereka lantas menabur bunga di atas air laut. Dani meyakini, makam ayah dan kakeknya persis berada di bawah perahu.

"Ya, dikira-kira saja, yang penting doanya sampai," ucapnya selepas ziarah kubur, Sabtu.

Dani tidak sendiri. Banyak keluarga lain yang mendatangi area pemakaman yang dulu disebut sebagai Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tambakrejo, Tanjung Mas, Kota Semarang.

Saat ini, seluruh area TPU sudah tenggelam akibat rob.

Hanya ada beberapa yang tersisa sebagai tanda bahwa di tempat itu adalah bekas tempat permakaman nelayan.

Bagi keluarga lain yang tidak memiliki perahu seperti Dani, mereka berziarah tapi di pinggir jalan kampung dekat rumah deret Tambakrejo.

Dari tempat itu, mereka biasanya berkumpul sembari berdoa seperti yang dilakukan keluarga Dani.

"Masih banyak yang berziarah, biasanya sepekan jelang Lebaran sampai hari Lebaran, seperti sekarang," tuturnya.

Baca juga: Jam Operasional Lawang Sewu Semarang Berubah selama Libur Lebaran, Catat Jadwal Terbaru!

Dani mengaku masih melakukan ziarah kubur di tanah kuburan yang sudah berubah jadi laut lantaran untuk menjaga ikatan batin dengan ayah dan kakeknya.

Baginya, ziarah kubur adalah tradisi dan kebiasaan itu diupayakan harus dilanjutkan generasi berikutnya.

"Ya, meskipun sudah jadi lautan tetapi tempat itulah makam ayah dan kakek berada sehingga tetap harus diziarahi," ungkapnya.

Menurutnya, TPU tersebut dahulu seperti pemakaman pada umummya.

Luasannya sekira 200x10 meter diisi ratusan makam.

Makam tersebut diisi warga Tambarejo, Tambaklorok, dan Tambakmulyo.

Bedanya, di TPU Tambakrejo ditumbuhi pohon-pohon cemara laut.

Mulai masuk tahun 2000, air rob mulai menggerus area pesisir.

Memasuki tahun 2015, area permakaman mulai tenggelam akibat abrasi yang meluas di pesisir Semarang.

Sebelum kondisi itu semakin parah, ia sebenarnya punya keinginan memindahkan makan keluarga.

Namun, setelah berkonsultasi dengan seorang kiai yang menyatakan tak perlu memindah makam, niat itu urung diwujudkan.

"Kata kiai cukup didoakan, jangan dipaksakan makam dipindah, paling penting doanya," ungkap Dani.

Sebagai warga asli pesisir, Dani pernah pula mendapatkan pekerjaan memindahkan jenazah dari makam di area tersebut.

Ada belasan jenazah yang dia pindah.

"Kerjaan itu saya lakukan lima tahun lalu, pertama ada 11 jenazah, lalu dua jenazah, dan yang berikutnya ada satu jenazah," ungkapnya.

Makam itu dipindah ke permakaman Kudu, Genuk, Kota Semarang.

"Itu air laut sudah rendem makam, kami bongkar saat air laut surut," jelasnya.

Baca juga: Buntut Juara Liga 1 2022/2023 PSM Makassar Tak Dapat Hadiah Uang, Keuangan PSSI Diaudit

Dani mengatakan, akibat rob, banyak makam warga yang dipindah, di antaranya ke Tenggang, Terboyo, dan Genuk.

"Agak jauh tapi mau gimana lagi," tuturnya.

Namun, ada beberapa warga tetap membiarkan makam keluarganya itu hilang direndam air laut.

Meskipun secara ekonomi mereka mampu memindahkan.

"Syarat memindahkannya itu berat. Bukan sembarangan," tutur peziarah lain makam Tambakrejo, Aris Triyatmoko.

Namun, Aris tak merinci syarat berat yang dimaksud.

Namun, satu di antaranya, ahli waris harus sudah pernah mantu atau menikahkan anaknya.

"Ketika itu, saya belum mampu," jelasnya.

Ia mengatakan, proses memindahkan makam itu memang berdasarkan tradisi Jawa atau kejawen.

"Tidak sembarangan, kalau tidak sesuai syarat nanti berimbas pada keluarga," paparnya. (*)

Baca juga: Salah Turun Stasiun, 2 Bocah Pemudik Tujuan Purworejo Jateng Terpisah dari Orangtua. Begini Nasibnya

Baca juga: Jokowi Sebut Prabowo Potensial Jadi Calon Wakil Presiden Ganjar Pranowo, Siang Ini Langsung Bertemu

Berita Terkini