Sekeluarga Meninggal di Magelang

PROFIL Dhea Chairunisa, Perempuan yang Diracun Adiknya Sendiri di Magelang, Berencana Segera Menikah

Editor: Pujiono JS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dhea Chairunisa. Di saat merencanakan untuk menikah, justru nyawa Dhea Chairunisa harus melayang karena diracun oleh adiknya sendiri yang bernama Dhio Daffa Syadilla

Saat kejadian tewasnya Abas, Heri dan Dea, DDS berada di rumah tersebut.

Bahkan, saat itu DDS yang menghubungi asisten rumah tangganya (ART) Sartinah (45), untuk datang ke rumahnya.

Sartinah yang masih berada di rumahnya di Desa Dampit Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, langsung mendatangi TKP.

Sartinah tiba di rumah korban pukul 07.30 WIB.

"Tadi saya ditelepon sama anaknya (DDS) karena bapak, ibu, kakak gitu di kamar mandi, terus saya suruh nolongi, tapi sudah pada pingsan semua," terangnya, Senin.

Sartinah menemukan ketiga korban tergeletak di tiga kamar mandi berbeda.

Sartinah bersama DDS dan seorang tetangga lantas menggotong korban ke kamar terdekat.

Sartinah mengira para korban pingsan.

"Iya, saya tolongin bawa ke kamar, tadi sudah pingsan semua. Bawanya saya bertiga, saya, sama di sini sama DDS itu dan Pakde (tetangga). Pokoknya saya taruh kasur yang dekat," jelasnya.

Dia sempat coba menolong dengan menggosokkan minyak kayu putih ke badan korban. Ketiga korban kemudian dibawa ke rumah sakit oleh warga sekitar.

"Saat dikasih minyak kayu putih itu diam. Mungkin masih (hidup), tapi saya enggak tahu, walaupun masih ada nafas. Masih anget (badan korban)," bebernya.

Setelah korban tiba di RSUD Merah Putih, Kabupaten Magelang, Sartinah baru mengetahui bahwa korban sudah meninggal dunia.

Selama 15 tahun bekerja di keluarga tersebut, Sartinah mengaku tidak pernah menemukan kejanggalan-kejanggalan.

"Enggak ada (konflik), keluarganya rukun, orangnya baik," sebutnya.

2. Pendiam tapi aktif

DDS diketahui sebagai sosok yang pendiam.

Hal ini diungkapkan Kepala Desa Mertoyudan, Eko Sungkono.

Menurut Eko, tidak ada perilaku atau sesuatu yang mencurigakan pada keluarga pensiunan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) itu.

Eko bahkan masih tak menyangka dan tak percaya kalau Abas Ashari (suami), Heri Riyana (istri) dan Dea Khairunisa (anak pertama) meninggal bersamaan dalam kondisi tidak wajar.

"Masih enggak nyangka, enggak percaya. Kok bisa? kami enggak pernah dengar kejanggalan-kejanggalan," ujar Eko, ditemui usai prosesi pemakaman keluarga korban di TPU Sasono Loyo Dusun Prajenan, Senin (28/11/2022) malam.

Menurut Eko, keluarga korban dikenal sangat baik di mata tetangga, mereka juga aktif di kegiatan-kegiatan masyarakat.

Mereka sudah tinggal di rumah tersebut sejak lama, ketika dua anak Abas masih kecil.

"Mereka itu keluarga yang sopan dan harmonis. Saya satu RT dengan keluarga ini, enggak pernah ada masalah," sebut Eko.

Termasuk perilaku Dio Daffa S (22) anak kedua almarhum Abas yang diduga merupakan pelaku pembunuhan.

Meskipun pendiam, tapi warga melihat Dio sebagai remaja aktif, rajin mengaji di mushala dan sebagainya.

"Anaknya itu aktif ikut kegiatan, ngaji, ke mushala. Kalau ada pertemuan remaja dia juga kerap ikut," imbuh Eko.

Lebih lanjut, Eko merasa prihatin dengan adanya kejadian ini.

Pihaknya menyerahkan sepenuhnya proses hukum yang sedang dilakukan Polresta Magelang.

"Proses hukum diserahkan ke polisi, sesuai prosedur saja," ucap Eko.

3. Banyak hambur-hamburkan uang

Kakak kandung Heri Riyani atau paman DDS, Agus Sutiarso mengaku sempat mencurigai perilaku DDS belakangan ini.

"Sifat Deo itu sekarang overlap. Setahu saya banyak menghambur-hamburkan uang belakangan ini," ucap Agus.

Meski mencurigai DDS, namun menurut Agus, kondisi keluarga sang adik diketahui baik-baik saja.

Agus tidak menaruh curiga terhadap gelagat keluarga Abas.

Bahkan komunikasi terakhir, Abas meminta bantuan membayar pajak sepeda motornya.

"Dari awal tidak curiga, terakhir minta tolong saya untuk membayarkan pajak motor, STNK-nya masih saya bawa," sebutnya.

Selama ini, kata Agus, keluarga Abas tidak memiliki konflik dengan sesama. Mereka dikenal baik dan aktif di kegiatan masyarakat di tempat tinggalnya.

"Tidak pernah ada konflik. Korban Abas ini baru saja pensiun per Oktober 2022 lalu dari jabatannya dulu sebagai kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Departemen Keuangan," paparnya, Senin, dikutip dari Tribun Jogja.

Agus mengaku hatinya hancur usai mendengar kabar bahwa adik, ipar, dan keponakannya meninggal dunia.

Ditambah lagi, terduga pelaku adalah anak korban sendiri.

"Hancur hati saya sudah tahu itu, walaupun itu yang diduga membunuh anaknya, tapi kan itu yang dibunuh adik saya, secara manusiawi kan seperti itu, siapa yang meninggal adik saya, saya sangat merasakan kehilangan," tandasnya.

Agus mengaku semula tidak tahu kalau anak kedua korban, Deo Daffa Syahdilla (22), ikut digelandang oleh polisi usai oleh Tempat Kejadian Perkara (TKP).

"Saya tadi pagi belum tahu, kemudian ada informasi kalau Deo dibawa polisi juga. Kalau aparat bawa seseorang itu berarti sudah ada keyakinan, melalui alat bukti kuat," ungkap Agus.

Agus berujar, pihak keluarga telah menyerahkan kasus ini sepenuhnya ke Polresta Magelang. Dia berharap proses hukum berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada.

"Peristiwa ini sudah ditangani pihak berwajib, pelakunya ada. Ini masalah pelanggaran hukum, pasalnya apa, aparat yang tahu, kami serahkan ke pihak berwajib," imbuh Agus.

Plt Kapolresta Magelang AKBP Mochammad Sajarod Zakun memastkan Dea ditetapkan tersangka pembunuhan berencana orangtua dan kakaknya. (kolase tribun jogja/kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul SOSOK Dhea Chairunnisa yang Tewas Diracun Bersama Ayah dan Ibu di Magelang, Rencana Pernikahan Sirna

 

Berita Terkini