Hasil panen kubis saat ini tidak terlalu menggembirakan baginya.
Tetapi itu tak begitu jadi soal.
Yakub sengaja menanam beberapa komoditas di satu area lahan secara bergantian (rotasi).
Dia tidak menanam kentang terus menerus, namun juga menggantinya dengan kubis pada periode musim tertentu.
Cara ini nyatanya memberi dampak positif bagi usaha pertaniannya.
Kesuburan lahan dinilainya lebih terjaga.
Produktivitas tanaman meningkat.
Ini berbeda ketika lahan diforsir untuk ditanami kentang terus menerus karena komoditas itu lebih menjanjikan.
"Jangan ditanami kentang terus, diselingi tanaman lain, nanti hasilnya bagus," katanya.
Dari satu lahan seluas sekira 2.800 meter miliknya, ia bisa meraup panen antara 6 sampai 9 ton.
Jika harga kentang normal mencapai Rp 10 ribu perkilogram, Yakub bisa meraup Rp 60 juta hingga Rp 90 juta untuk sekali panen.
Tentu saja ini masih penghasilan kotor.
Angka itu belum dikurangi ongkos tenaga, pupuk, dan biaya perawatan.
Tetapi keuntungan yang ia dapat masih besar karena ia membibitkan sendiri kentangnya.
Yakub juga mengerjakan sebagian pekerjaan di lahannya sendiri sehingga mengurangi ongkos untuk membayar tenaga.