TRIBUNBANYUMAS.COM, TASIKMALAYA - Tekanan yang dialami para tenaga kesehatan terutama dokter saat pandemi virus corona seperti saat ini datang dari dalam rumah sakit dan di luar.
Di dalam RS mereka memiliki risiko tertular virus corona karena menjadi orang yang selalu berinteraksi dengan pasien Covid-19.
Di luar RS, terutama di media sosial bahkan di lingkungan stigma negatif menghantui mereka, paling kejam bahkan menganggap tenaga medis sebagai "Pembawa Virus"
Stigma yang bersebaran di media sosial itu yang kemudian membuat tenaga medis mendapat pandangan kurang menyenangkan saat kembali ke lingkungan setelah bekerja.
Ada yang dikucilkan bahkan diusir dari indekos, ada juga yang pemakamannya ditolak warga.
• 46 Tenaga Medis RSUP Kariadi Semarang Positif Corona, Pemprov Jateng Isolasi Mereka di Hotel
• Napi Mengaku Harus Membayar Rp 5 Juta Agar Bisa Bebas Lewat Program Asimilasi saat Pandemi Corona
• 4 Penjelasan Peneliti Kenapa Merokok Vape Meningkatkan Risiko Infeksi Virus Corona
• Kisah Pasutri Pengidap Covid-19 di Banjarnegara, Istri Dinyatakan Positif Corona, Saat Suami Sembuh
Rahma Nurmayanti, seorang dokter muda berparas cantik dengan gelar spesialis penyakit dalam menceritakan pengalamannya selama ini merawat pasien covid-19 di Rumah Sakit (RS) Jasa Kartini Kota Tasikmalaya.
Dirinya mengaku selama menjalankan tugasnya tak menemukan kendala atau kesulitan apa pun, sehingga terus berjuang menyembuhkan setiap pasien terkonfirmasi positif.
Namun, dirinya mengaku kerap menjadi korban informasi hoaks yang beredar di masyarakat.
Salah satunya dituduh positif corona karena selama ini setiap hari berhubungan langsung dengan para pasien.
"Kalau kendala dan kesulitan, selama ini tidak ada, alhamdulillah lancar. Tapi, saya malah jadi korban informasi hoaks yang beredar di masyarakat bahwa saya selama ini positif ( Covid-19)," jelas Rahma kepada Kompas.com di tempat kerjanya, Jumat (17/4/2020).
Rahma menyebut sejatinya penanganan pasien Covid-19 di rumah sakit selama ini tidak ada yang perlu ditakutkan seperti cerita-cerita hoaks yang beredar di media sosial.
Seperti dikatakan dalam informasi hoaks bahwa di rumah sakitnya terpapar atau sudah menjadi zona merah corona.
Dirinya meyakinkan bahwa kondisi penanganan Covid-19 di RS Jasa Kartini Kota Tasikmalaya sudah sesuai prosedur protokol kesehatan dengan bukti beberapa orang telah sembuh.
"Jadi tak perlu khawatir masyarakat dengan kondisi sekarang. Tidak betul dan sebenarnya tidak semengerikan seperti yang diinformasikan hoaks-hoaks yang menyebar di masyarakat," ungkap Rahma.
Dengan dijadikannya para dokter ahli dalam sebagai ketua tim penanganan Covid-19, Rahma mengaku menyadari kalau dirinya dan anggota timnya paling rentan untuk tertular virus tersebut.
Rahma bersama anggota timnya selama ini mengaku tak terpengaruh oleh isu hoaks itu dan tetap menjalankan tugasnya untuk menyembuhkan pasien Covid-19.
Dirinya mengaku telah biasa tidak tidur saat bersama perawat sebagai anggota tim bergantian menjaga pasien di ruang isolasi.
"Kita tak menghiraukan informasi hoaks itu selama ini. Kita tetap jalankan saja tugas untuk sembuhkan pasien," ungkap Rahma.
Namun, setiap langkahnya selama ini dalam upaya pemeriksaan dan tindakan terhadap pasien selalu mengikuti protokol yang telah ditetapkan.
Sehingga, dirinya dan anggota timnya pun sampai sekarang masih bisa bertahan dan tak terjadi penularan dari pasien ke tenaga para medis.
"Saya buktikan kenyataannya selama ini kepada masyarakat bahwa kami tenaga medis betul paling rentan tertular."
"Tapi, kalau kita disiplin hal itu tak akan terjadi meski kita setiap hari kontak dengan pasien," ujar Rahma.
Sebelum adanya pasien positif yang ditanganinya, lanjut Rahma, pihak rumah sakit sudah mempersiapkan diri mulai dari alat pelindung diri (APD, ruang isolasi, dan obat-obatan khusus.
Sehingga, saat pertama kali terkonfirmasi ada pasien positif, pihaknya telah siap dan menanganinya dengan penuh rasa tanggungjawab sampai akhirnya bisa sembuh serta bisa kembali lagi ke rumahnya masing-masing.
"Kita dari awal sudah prepare. Jadi saat ada pasien 01 terkonfirmasi positif kita sudah siap menanganinya dan alhamdulillah sembuh dan berhasil," ujar Rahma.
Rahma adalah dokter pertama yang menemukan pasien terindikasi positif corona di rumah sakit tersebut.
Saat itu, dirinya yang langsung memeriksa dan membawa pasien positif corona di Kota Tasikmalaya untuk segera diisolasi dan dilakukan penanganan perawatan insentif.
• Banjarnegara Zona Merah Virus Corona, Bupati Keluarkan Maklumat, Berikut Isinya
• Daftar Film yang Tayang Gratis di Youtube Menemani Kegiatan di Rumah Selama Pandemi Virus Corona
• Kabar Gembira UEFA Usulkan Final Liga Champions Digelar Pada Tanggal Ini
• Kronologi TNI-Polri Tembak Mati Sniper KKB Papua dalam Sebuah Kontak Senjata
"Ya, waktu itu memang terlihat gejala-gejala di pasien positif 01."
"Saya langsung anjurkan untuk dikarantina sampai akhirnya sekarang ini sudah sembuh," kata Rahma.
Dengan demikian, Rahma pun meminta untuk bijak dalam mempercayai informasi dan bisa mengonfirmasi terlebih dahulu terkait kebenarannya.
Namun, paling penting sekarang adalah warga diminta mematuhi imbauan pemerintah.
Mulai dari sosial distancing, pyshical distancing, cuci tangan, biasakan hidup bersih dan selalu mengenakan masker.
"Jangan terlalu khawatir. Patuhilah semua protokol dan imbauan pemerintah," pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Dokter Muda Tangani Pasien Covid-19: Kami Selalu Jadi Korban Hoaks Medsos....",