TRIBUNBANYUMAS.COM - "Jebule mbah-mbahe dewe ki visioner ya. Wis mikirke kawit biyen nek jaman saiki bakal ono wabah sing iso diatasi karo jamu."
"Lha kuwi nyatane, saiki jamu malah laris dienggo penangkal virus corona."
"(Ternyata orangtua-orangtua kita itu visioner ya. Sudah memikirkan dari dulu kalau zaman sekarang bakal ada wabah yang bisa ditangkal dengan jamu. Itu kenyataannya, sekarang jamu justru laris dipakai untuk penangkal virus corona-Red)," kata satu tetangga saya dalam diskusi ngalor-ngidul di pos ronda kampung, kemarin malam.
Yah, virus corona, atau covid-19 kini tengah menjadi perbincangan masyarakat.
Bahkan, wabah dari Wuhan, China itu kini sudah mulai memasuki Indonesia, setelah sebelumnya banyak pihak mempertanyakan sulitnya virus itu menyebar di negeri ini.
Hingga sore kemarin, pemerintah memastikan jumlah pasien positif terjangkit virus corona di Indonesia menjadi empat orang, dengan pasien suspect sebanyak 13 orang.
"Ini kami dapatkan dua orang positif, yang kami sebut sebagai kasus nomor 3 dan 4," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona Achmad Yurianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (6/3).
Menurut dia, dua pasien yang baru diidentifikasi terjangkit virus corona itu memiliki gejala batuk dan pilek. Tetapi, tidak ada gejala sesak napas.
Keduanya terdeteksi pernah melakukan close contact dengan pasien 1 dan 2 yang dirawat di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Seperti diketahui, kasus penyebaran covid-19 terus menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat, mengingat berdasarkan data WHO, wabah itu hingga Kamis (5/3) telah menjangkiti 95.481 orang di lebih dari 80 negara, dengan angka kematian sebanyak 3.286 orang.
Meski demikian, penangkal virus corona rupanya tidak hanya bisa dilakukan dengan memakai masker dan rajin mencuci tangan.
Terpenting menurut penelitian medis adalah terus menjaga kebugaran tubuh, yang antara lain bisa diperoleh dengan mengonsumsi jamu.
Hal itupun menjadi berkah tersendiri bagi para pedagang dan produsen jamu, termasuk pedagang rempah-rempah di pasar-pasar tradisional.
Di Pasar Peterongan Semarang misalnya, penjual rempah-rempah mengaku permintaan kini naik hingga dua kali lipat.
"Sebelum ada virus corona paling 6 Kg rempah-rempah dibeli masyarakat dalam sehari, tetapi kini bisa mencapai 12-15 Kg/hari. Banyak yang belu untuk dibuat jamu, diminum setiap hari."
"Katanya untuk mencegah terpapar virus corona," kata Eni Rumiyati (35), pedagang rempah-rempah di Pasar Peterongan Semarang, Jumat (6/3).
Satu produsen jamu di Batang pun merasakan berkah serupa dari isu wabah virus corona. Permintaan jamu tradisional yang dibuat Rizky Murtikasari dengan brand 'Jamoe Simbok' meningkat drastis.
"Sejak ada isu virus itu, ada permintaan yang signifikan, dari biasanya saya produksi 50 botol sehari, beberapa hari ini sampai 130 botol, naik 100 persen lebih, saya sampai kewalahan," tuturnya.
Hal senada dirasakan Mbah Jo, pemilik warung 'Jahe Rempah Mbah Jo'.
Menurut dia, sejak adanya kabar virus corona, pengunjung warungnya meningkat pesat. Ia menduga, hal itu karena kabar di media yang menyebut rempah bisa jadi antivirus corona.
"Sejak ramai-ramai corona, menu paling laris di warung ini adalah jahe rempah. Jahe rempah itu menu paling komplit, tidak hanya jahe, tetapi juga ada kunyit, temulawak, dan lain-lain,” ungkapnya.
Tampaknya, selalu ada hal yang baik dari kejadian buruk, atau dalam hal ini ada berkah dari wabah.
Setidaknya, hal itulah yang dirasakan sejumlah orang itu. Kini tinggal bagaimana setiap orang menyikapi isu itu.
Kekhawatiran dan ketakutan yang berlebihan tampaknya bukan menjadi solusi. Doa juga disebut-sebut menjadi hal baik yang wajib dilakukan untuk tetap sehat.
"Saya juga sering berpesan ke pelanggan jangan hanya percaya minum jahe rempah langsung tidak kena corona, tapi juga harus dibarengi doa,” ujar Mabh Jo. (Arief Novianto)