Cuaca Ekstrem Semarang

'Langit Tiba-tiba Hitam', Kisah Nelayan Semarang Dihantam Badai, Perahu Hancur dan Jari Tangan Remuk

Seorang nelayan bernama Romadon kehilangan perahunya yang hancur hingga merugi Rp12 juta.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: Daniel Ari Purnomo
DOKUMENTASI PRIBADI WARGA
PERAHU NELAYAN HANCUR: Nelayan bernama Romadon saat mengumpulkan sisa-sisa perahunya yang hancur di perairan Tambak Lorok, Semarang, Selasa (19/8/2025). Perahunya hancur setelah dihantam gelombang tinggi dan angin kencang yang terjadi secara mendadak, membuatnya merugi hingga Rp12 juta. (DOK. NELAYAN) 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Gelombang tinggi dan angin kencang yang menerjang perairan Tambak Lorok, Semarang, Selasa (19/8/2025), tidak hanya menelan korban di kalangan pemancing, tetapi juga para nelayan.

Dua nelayan dilaporkan menjadi korban.

Satu nelayan bernama Romadon harus kehilangan perahunya yang hancur total, sementara nelayan lainnya, Hasan, dilarikan ke rumah sakit karena tiga jari tangannya remuk.

Baca juga: Perahu Nelayan Tenggelam Dihantam Cuaca Buruk di Kendal, 7 Orang Selamat, 3 ABK Masih Hilang

Perahu Saya Meloncat ke Arah Beton 

Romadon menceritakan detik-detik menegangkan saat perahunya dihantam cuaca buruk.

Saat itu, ia sedang dalam perjalanan pulang mencari kerang hijau dari arah Morodemak.

"Setiba di muara Sungai Kalibanger (Tambaklorok), tiba-tiba langit hitam disertai angin kencang," ujar Romadon saat ditemui di dermaga.

Angin kencang itu, lanjutnya, membuat perahunya terempas ke arah tanggul laut (sheet pile) hingga "meloncat" ke arah bangunan beton.

Beruntung, ia berhasil menyelamatkan diri.

"Kalau perahunya tidak mau minggir, saya sudah tidak bisa selamat," katanya.

Akibat kejadian ini, perahu berkapasitas satu grosstone miliknya hancur. Ia menaksir kerugian yang dideritanya mencapai Rp12 juta.

Penjelasan Ahli dan BMKG 

Ketua Kelompok Nelayan Wilayah Timur Semarang, Suhartono, mengatakan, cuaca buruk yang terjadi secara mendadak ini mengejutkan para nelayan.

Menurutnya, angin yang datang termasuk angin timur laut yang jamak terjadi pada musim paceklik (Juli-Oktober) dan biasanya tidak terlalu ganas.

Sementara itu, Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, Yani, menjelaskan, gelombang tinggi tersebut disebabkan oleh pertumbuhan awan cumulonimbus yang meningkatkan kecepatan angin secara drastis.

"Kondisi ini diprediksi masih bisa terjadi sampai besok," jelasnya.

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved