Berita Brebes

Takut Ganggu Siluman Ular Sapi, Pengantin di Brebes Wajib Digendong Lewati Jembatan Pemali

Ini alasan kenapa pengantin di Brebes harus digendong di Jembatan Pemali. Ada mitos Lembu Dana & Dini.

AI/ DALL-E
TRADISI UNIK BREBES - Pengantin wanita, Putri (tengah bermahkota), digendong oleh anggota keluarganya saat menyeberangi Jembatan Sungai Pemali di Brebes, beberapa waktu lalu, sebagai bagian dari tradisi lokal. Tradisi ini dilakukan dengan cara menggotong pengantin agar kakinya tidak menyentuh jembatan, sebagai bentuk penghormatan dan meminta restu kepada 'siluman ular sapi' yang diyakini menghuni sungai. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BREBES - Sebuah video pengantin wanita di Brebes yang digendong saat menyeberangi jembatan baru-baru ini menjadi viral di media sosial.

Pemandangan itu terlihat unik dan menggelitik, terutama saat pria yang menggendong tampak keberatan.

Banyak yang bertanya-tanya, ada apa sebenarnya di balik tradisi yang tak biasa ini?

Baca juga: Tradisi Larungan Sesaji, Pandiman Yakini Ada Sosok Penjaga Metafisik di Rawa Pening

Ternyata, alasannya berakar pada sebuah mitos kuno yang masih dipercaya oleh sebagian warga.

Sebuah mitos tentang siluman ular berkepala sapi yang menjadi 'penunggu' Jembatan Sungai Pemali.

Jembatan Sungai Pemali yang membentang gagah di pusat Kota Brebes ini ternyata menyimpan cerita gaib.

Menurut cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, sungai ini dihuni oleh mahluk halus.

Wujudnya bukan sembarangan, yaitu siluman ular yang memiliki kepala sapi.

Masyarakat setempat menyebut dua siluman itu dengan nama Lembu Dana dan Lembu Dini.

Karena mitos inilah, sepasang pengantin baru dianggap tidak boleh sembarangan saat melintasi jembatan tersebut.

Mereka harus menjalani sebuah ritual khusus agar tidak diganggu oleh sang siluman ular sapi.

Ritual itu adalah sang pengantin wanita wajib digendong agar kakinya tidak menyentuh jembatan.

Pamong Budaya Muda dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Brebes, Muhammad S., memberikan penjelasannya.

Menurutnya, tradisi wajib digendong ini adalah sebuah bentuk penghormatan.

“Masyarakat masih ada yang meyakini bahwa Sungai Pemali adalah bertempatnya mahluk halus (lembu dana dan lembu dini) dan juga siluman buaya," ujarnya, Senin (4/8/2025).

“Filosofi dari menggendong pengantin yakni, sebagai salah satu penghormatan kepada kekuatan alam hususnya mahluk gaib."

"Yang lainnya sebagai meminta restu kepada mahluk gaib tersebut," tambahnya.

Prosesi menjalankan mitos ini pun penuh dengan perjuangan dan canda.

Dalam sebuah foto, terlihat momen saat seorang paman mencoba menggendong sang pengantin wanita, Putri.

Pria bertopi itu tampak membungkuk, berusaha keras menahan beban keponakannya yang berpakaian adat lengkap.

Sang pengantin wanita terlihat tersenyum kecil melihat perjuangan pamannya.

Momen ini menunjukkan betapa tradisi ini dijalankan dengan sangat sungguh-sungguh oleh pihak keluarga.

Ayah dari pengantin wanita, Tarmudi, membenarkan bahwa keluarganya masih teguh menganut kepercayaan ini.

Ia melakukan tradisi wajib digendong ini bukan untuk mencari sensasi agar viral.

Tujuannya hanya satu, yaitu demi keselamatan dan keberkahan pernikahan putrinya.

“Itu kita cuman mengikuti kepercayaan orang tua, biar semuanya berjalan selamat."

“Terutama kedepannya untuk pengantin barunya itu bisa samawa, sakinah mawadah warahmah. Itu harapan dari orang tua,” ujarnya.

Dalam iring-iringan di atas jembatan besi Sungai Pemali, pemandangan unik pun tersaji.

Sang pengantin wanita yang bermahkota adat akhirnya digotong oleh dua orang pria sekaligus.

Di atas mereka, payung-payung tradisional berwarna biru dikembangkan untuk meneduhinya.

Prosesi ini sontak menjadi tontonan bagi warga dan pengendara yang kebetulan melintas.

Ini adalah sebuah potret langka dari sebuah mitos yang masih bertahan di tengah gempuran era modern.

Di balik video viral yang mengundang tawa, ternyata ada sebuah mitos dan doa yang dijaga dengan setia.

Kisah siluman ular sapi di Jembatan Pemali mungkin terdengar tak masuk akal bagi sebagian orang.

Namun bagi keluarga Tarmudi, ini adalah cara mereka merawat tradisi dan memanjatkan harapan untuk masa depan anak-anak mereka.

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved