Berita Jateng

Fenomena Mbediding Warga Jateng Siap Menggigil, Wonosobo Banjarnegara Suhu 15 Derajat Celsius

Hawa dingin yang terasa menusuk tulang akhir-akhir ini melanda sejumlah wilayah Jawa Tengah, terutama malam hingga pagi hari. 

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: khoirul muzaki
Cottonbro Studio/PEXELS
ilustrasi menggigil 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG- Hawa dingin yang terasa menusuk tulang akhir-akhir ini melanda sejumlah wilayah Jawa Tengah, terutama malam hingga pagi hari. 

BMKG menyebut fenomena ini sebagai mbediding istilah lokal untuk menyebut turunnya suhu drastis di musim kemarau.

Forecaster Stasiun BMKG Ahmad Yani Semarang, Ferry Oktarisa, mengatakan fenomena mbediding terjadi karena gabungan antara masuknya musim kemarau, aktifnya angin timuran dari Australia, serta langit malam yang cerah tanpa awan.

“Udara dingin terasa karena panas dari permukaan bumi cepat dilepas ke atmosfer. Hal ini membuat suhu turun drastis terutama malam sampai pagi,” jelas Ferry, Kamis (10/7/2025).

Di Kota Semarang, suhu terendah tercatat 21 derajat Celsius. Beda dengan di daerah dataran tinggi seperti Dieng, Wonosobo, Banjarnegara, hingga Selo Boyolali, suhu bisa menukik hingga 15-16 derajat Celsius.

Baca juga: Lagunya Viral Berkat Viral Pacu Jalur, Penyanyi Amerika Melly Mike Siap Tampil Gratisan di Riau

“Kalau di Dieng, pada puncak musim kemarau Juli–September, suhu bisa turun sampai 3 derajat Celsius,” ungkapnya.

Fenomena mbediding biasanya berlangsung dari tengah malam hingga sekitar pukul 06.00 atau 07.00 pagi. 

Warga diimbau untuk mengenakan pakaian hangat di malam hari dan tetap menjaga daya tahan tubuh.

BMKG memprediksi puncak musim kemarau masih akan berlangsung hingga September mendatang. 

Warga dan wisatawan di dataran tinggi disarankan tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang ekstrem. (Rad)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved