Berita Jateng
Kisah Sukses Alim dari Grobogan, Dulu Tukang Sapu Kini Menjadi Pengusaha Sepatu
Kisah ini bermula saat Alim yang baru lulus SD pada tahun 1984, memberanikan diri merantau ke Jakarta untuk mencari nafkah setelah ayahnya meninggal
Penulis: Fachri Sakti N | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, GROBOGAN - Di balik kesuksesan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Asteg Jaya Tegowanu, terdapat kisah inspiratif yang bisa menjadi motivasi pengusaha muda di seluruh penjuru Indonesia.
Sang pendiri Asteg Jaya, Alim Mustofa, memulai usahanya dari titik terendah, bukan dari modal yang melimpah.
Bermula dari menjadi tukang sapu di Jakarta, Alim kini berhasil mendirikan usaha sepatu kulit berkualitas di kampung halamannya, Desa Tegowanu Kulon, Kecamatan Tegowanu, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Ingin membuat sepatu dan sandal dengan desain apapun, Alim bisa membuatkannya.
"Pesen sepatu atau sandal desain sendiri juga bisa, bawa contoh atau saya desainkan silahkan datang," kata Alim membuka obrolannya dengan TribunJateng.com.
Perjalanan Panjang Menuju Kesuksesan
Kisah ini bermula saat Alim yang baru lulus SD pada tahun 1984, memberanikan diri merantau ke Jakarta untuk mencari nafkah setelah ayahnya meninggal dunia.
Ia memulai kariernya sebagai tukang sapu di sebuah pabrik sepatu ternama, Neckermann.
Dengan tekad kuat, Alim belajar membuat sepatu pada malam hari setelah bekerja.
Pada tahun 1988, ia berhasil menjadi tukang sepatu di Neckermann dan kemudian bekerja di berbagai pabrik ternama seperti Buccheri, Bata, Homyped, Kickers, Pakalolo, hingga Yongki Komaladi.
"Dulu waktu masih di kampung tepatnya di Desa Tlogorejo, tahun 1984 ayah saya meninggal dan saya baru lulus SD, adik saya ada empat, saya yang bertanggungjawab karena saya yang paling besar saya merantau ke Jakarta namun hanya lima bulan kemudian pulang," kata Alim.
"Tahun 1986 berangkat lagi ke Jakarta saya bisa kerja di pabrik Neckermann tapi sebagai tukang sapu. Karena saya punya keinginan menjadi tukang sepatu, saya belajar membuat sepatu. Paginya menyapu, malamnya belajar. Tahun 1988 saya sudah bisa menjadi tukang sepatu."
"Setelah itu saya keluar dari Neckermann dan masuk ke pabrik Buccheri, kemudian pindah lagi ke Sepatu Bata tahun 1991, pindah lagi ke Homyped selama empat tahun, pindah ke Kickers, Pakalolo dan Yongki Komaladi saya ikut lima tahun," kenang Alim.
Pada tahun 2008, Alim memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya dan membuka usaha sol sepatu di perempatan Karangawen.
Tak seperti yang dibayangkan Alim, mencari uang di kampung halaman ternyata tak semudah di Ibu Kota.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.