Lebaran 2025

Tradisi Bada Kupat di Masjid Jami' Agung Madaran Kudus, Jadi Ajang Berkumpul Warga

Dalam tradisi bada kupat di Masjid Jami' Agung Madaran dimulai dengan mendendangkan selawat diiringi alunan ritmis tabuhan terbang sejak selepas subuh

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: Rustam Aji
Tribun Jateng/ Rifqi Gozali
TRADISI BADA KUPAT - Sejumlah warga Dukuh Madaran, Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus tengah memgikuti tradisi bada kupat di Masjid Jami' Agung Madaran, Senin (7/4/2025). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS - Warga Dukuh Madaran, Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus masih menjaga tradisi bada kupat di Masjid Jami' Agung Madaran.

Mereka berbondong-bondong datang ke masjid pada Senin (7/4/2025). 

Kedatangan warga untuk merayakan tradisi bada kupat atau lebaran ketupat yang merupakan tradisi bagi sebagian masyarakat Jawa sebagai tanda berakhirnya perayaan Idulfitri.

Tradisi bada kupat di Masjid Jami' Agung Madaran dimulai dengan mendendangkan selawat diiringi alunan ritmis tabuhan terbang sejak selepas subuh.

Ada empat penabuh terbang dan satu penabuh jidur. Jidur ini semacam beduk dengan bentuk yang lebih kecil.

Satu orang berada di tengah para penabuh mendendangkan selawat dengan begitu semangat. 

Sementara itu warga yang baru datang umumnya membawa baskom kecil.

Baca juga: Pelatih PSIS Gilbert Agius Sempatkan Pulang ke Malta saat Libur Lebaran

Sesampainya di masjid, mereka langsung membuka baskom dan mengeluarkan isinya berupa ketupat dan lepet untuk dikumpulkan di tengah jemaah yang duduk melingkar di serambi masjid.

Dua makanan tersebut merupakan simbol yang memiliki makna filosofis atas pengakuan kesalahan atas diri.

Saat matahari mulai beranjak, sinarnya mulai menyusup di sela-sela ventilasi masjid, dendang selawat dengan iringan tabuhan terbang berhenti.

Kemudian digantikan dengan doa bersama yang dimulai dengan membaca tahlil yang dipimpin oleh kiai setempat. Para jemaah pun mengikutinya dengan khusyuk.

Seluruh rangkaian yang telah dijalankan dalam tradisi bada kupat ini merupakan upaya menjaga tradisi yang telah lahir sejak dulu.

Tidak tahu pastinya kapan tradisi ini lahir. Yang pasti mereka percaya bahwa bada kupat merupakan tradisi peninggalan Sunan Kalijaga salah seorang dari Walisanga penyebar Islam di Tanah Jawa.

Baca juga: Polisi Pelaku Pemukulan terhadap Jurnalis Foto di Semarang Minta Maaf, Janji akan Lebih Dewasa

"Ini peninggalan dari sesepuh dulu, kami tahunya dari Sunan Kalijaga dari kata kupat (ketupat,red) yang artinya mengaku lepat atau mengaku salah dan lepet yang artinya kesalahan orang disimpan rapat-rapat," kata Ketua Takmir Masjid Jami' Agung Madaran Anshori.

Tradisi bada kupat yang sudah berjalan selama bertahun-tahun ini, kata Anshori, akan senantiasa pihaknya lestarikan mengingat di dalamnya terdapat nilai positif yang bisa dipetik.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved