Hikmah Ramadan oleh Menteri Agama
Merawat Kemabruran Puasa: Dari Khauf ke Khasyyah, Bertakwalah kepada Allah SWT
IKHAUF dan khasyah dapat diartikan dengan takut di dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi di dalam Bahasa Arab, keduanya dapat dibedakan pengertiannya.
Perbedaan kedua kosa kata itu juga mengisyaratkan perbedaan sikap. Jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti dalam kata kauf, maka kita harus menjauhi obyek itu.
Misalnya jika ingin selamat dari harimau atau tsunami jauhi obyek itu, karena jika dekat maka terancam bahaya mematikan.
Sebaliknya jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti dalam kata khasyyah, maka kita harus mendekati obyek yang ditakuti itu.
Jika kita menjauhi Tuhan pasti kita akan binasa. Tegasnya jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti (makhluk) jauhi obyek itu.
Jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti (Khaliq), dekati obyek itu.
Banyak di antara kita belum cerdas mencari penyelamatan diri dari obyek yang ditakuti.
Jika ingin selamat dari siksa neraka maka seharusnya kita menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti perzinahan, pembunuhan, korupsi, dan pendaliman. Dengan demikian kita akan selamat dari siksa neraka.
Sebaliknya jika kita mendambakan syurga maka kita harus mendekati sedekat-dekatnya Allah Swt sebagai obyek yang ditakuti.
Idealnya, kita di dalammengabdikan diri kepada Allah Swt betul-betul tanpa pamrih. Tidak berharap syurga atau berlindung kepada-Nya agar tidak masuk neraka, tetapi semata-mata kita lakukan pengabdin karena Allah SWT,
sebagaimana di dalam ikrar kita:
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya karena Allah SWT”. (*/16/Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.