Berita Jateng
Siapa Pramoedya Ananta Toer, Sastrawan Dunia Asal Blora yang Puluhan Tahun Ditahan Rezim
Sastrawan asal Blora, itu telah menghasilkan lebih dari 50 karya sastra yang diterjemahkan dalam 42 bahasa di seluruh dunia.
Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: khoirul muzaki
4. Festival Film dan Dokumenter Pramoedya Ananta Toer,
5.Pameran Sketsa dan Patung Wajah Pramoedya Ananta Toer,
6. Pementasan Monolog "Bunga Penutup Abad" bersama Titimangsa;
7. Dramatic Reading Surat-surat Pramoedya Ananta Toer,
8.Pameran Arsip-arsip Pramoedya Ananta Toer,
9. Residensi Sastra di Pulau Buru;
10. Seminar Pemikiran Pramoedya Ananta Toer dan Pramoedya Award;
11. Sayembara Esai Pramoedya Ananta Toer,
12. Pramoedya Ananta Toer Reading Group; pak
Sekilas tentang Pramoedya Ananta Toer
Terlahir sebagai putra sulung keluarga guru nasionalis di Blora, 6 Februari 1925, Pramoedya Ananta Toer mengenyam pendidikan dasar di Institunt Boedi Ortumo Blora yang dipimpin ayahnya, Mastoer Imam Badjoeri, la sempat melanjutkan pendidikan di Radio Vakschool Surabaya, tetapi tidak sempat menerima ijazah kelulusan menyusul runtuhnya kekuasaan Hindia Belanda dan masuknya pasukan Pendudukan Jepang, Pada bulan Juni 1942, Pramoedya merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai juru ketik Kantor Berita DOMEI, sambil meneruskan pendidikan menengahnya di Taman Madya.
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, Pramoedya bergabung dalam Resimen VI Divisi Siliwangi yang bertugas di wilayah Bekasi.
Pilihan Pramoedya mendukung kemerdekaan Indonesia ditebusnya dengan hukuman penjara di Bukit Duri, mulai 23 Juli 1947 hingga 18 Desember 1949.
Di balik jeruji besi inilah, dua roman pertamanya, Perburuan dan Keluarga Gerilya, ditulis. Pada tahun 1950, Pramoedya diangkat sebagai redaktur sastra Indonesia modern di Balai Pustaka.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.