Berita Jateng

Destinasi Kampung Durian Desa Sampok Pati, Tembaga Super Dihargai Rp 400 Ribu Per kilogram

Di desa ini, terdapat banyak kebun durian yang bisa menjadi “destinasi berburu” bagi para pecinta si raja buah.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: khoirul muzaki
Mazka Hauzan/Tribun Jateng
Subowi Hariko, pemilik Harfarm, menunjukkan durian bawor di kebun miliknya, Desa Sampok, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PATI – Desa Sampok, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati, dikenal sebagai “Kampung Durian”.


Di desa ini, terdapat banyak kebun durian yang bisa menjadi “destinasi berburu” bagi para pecinta si raja buah.


Satu di antaranya ialah Harfarm. Kebun seluas kurang-lebih empat hektare ini memiliki banyak jenis durian varian premium.


“Di sini ada durian bawor, duri hitam, dan musang king. Ada juga tembaga super, baru saya tanam lima tahun lalu dan panen ini. Ada juga jenis durian matahari, pelangi, dan montong,” kata pemilik kebun durian Harfarm, Subowi Hariko, Jumat (3/1/2025).


Karena tergolong “premium”, durian-durian di Harfarm dibanderol dengan harga relatif lebih mahal ketimbang durian lokal biasa.


Hariko mengatakan, durian jenis bawor dia jual dengan harga Rp 100 ribu per kilogram. Kemudian durian musang king Rp 200 ribu per kilogram, duri hitam Rp 300 ribu per kilogram, dan tembaga super sampai Rp 400 ribu per kilogram.

Baca juga: Sehari 7 Ribu Orang Ziarah ke Makam Sunan Muria


Dia mengatakan, di luaran, mungkin ada penjual yang membanderol durian berjenis sama dengan harga lebih murah. Namun, Hariko berani menjamin durian dari kebunnya punya kualitas lebih baik.


Terbukti, meski berharga relatif tinggi, durian Harfarm tetap diminati para pecinta durian.


“Pelanggan saya bukan Cuma dari Pati. Ada juga yang dari Rembang, Kudus, Semarang, bahkan Jakarta,” ucap dia.


Hariko mengatakan, panen durian di kebunnya sudah berlangsung sejak awal Desember 2024 dan diperkirakan terus berlanjut hingga pertengahan sampai akhir Januari 2025.


Dia memiliki sekira 250 pohon durian di kebunnya. Adapun Harfarm sendiri dia rintis pada 12 tahun lalu.


Saat itu dia mencoba menanam durian jenis bawor, musang king, dan duri hitam sekalipun kebanyakan orang ketika itu belum berminat.


Melihat potensi durian yang bagus di wilayahnya, Kepala Desa Sampok Warsito memiliki visi untuk menjadikan desa ini sebagai destinasi agrowisata durian.


“Harapan kami Sampok bisa menjadi destinasi agrowisata durian. Di sini banyak warga yang beralih dari bertanam jagung atau ketela ke durian,” jelas dia.


Warsito menyebut, di Desa Sampok ada sekurang-kurangnya 50 hektare lahan yang sudah ditanami pohon durian.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved