Berita Kebumen

Eksotisme Kawasan Mangrove Muara Kali Ijo Kebumen, Bisa Sesap Kopi Mangrove

Ratusan pelancong dari berbagai daerah di Indonesia memadati tempat konservasi Hutan Mangrove Muara Kali Ijo Kebumen, Jumat (6/11/2024).

Penulis: budi susanto | Editor: mamdukh adi priyanto
Budi Susanto/TribunBanyumas.com
Sejumlah wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia berkeliling menikmati keindahan Hutan Mangrove Muara Kali Ijo Kebumen, Jumat (6/12/2024). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Ratusan pelancong dari berbagai daerah di Indonesia memadati tempat konservasi Hutan Mangrove Muara Kali Ijo Kebumen, Jumat (6/11/2024).

Tak hanya pelancong dari Pulau Jawa, beberapa pelancong bahkan berasal dari Raja Ampat, Natuna hingga Sumatera.

Hutan konservasi mangrove tersebut terletak di pesisir Kebumen tepatnya di Kecamatan Ayah.

Baca juga: Telkomsel Jaga Bumi Perkuat Implementasi ESG, Tanam 10.600 Mangrove Hasil Donasi Poin Pelanggan

Warga Deda Ayah Kecamatan Ayah menunjukkan olahan tanaman mangrove berupa kopi mangrove yang ada di kedai kopi mangrove di Kawasan Hutan Mangrove Muara Kali Ijo Kebumen, Jumat (6/12/2024).
Warga Deda Ayah Kecamatan Ayah menunjukkan olahan tanaman mangrove berupa kopi mangrove yang ada di kedai kopi mangrove di Kawasan Hutan Mangrove Muara Kali Ijo Kebumen, Jumat (6/12/2024). (Budi Susanto/TribunBanyumas.com)

Hutan mangrove seluas 5 hektare tersebut merupakan bagian dari Geopark Kebumen.

Geopark tersebut juga menjadi geopark ke dua di Jateng setelah Dieng.

Selain eksotisme hutan mangrove, para pelancong juga disuguhkan dengan beberapa potensi yang ada di kawasan hutan mangrove tersebut.

Seperti pembesaran kepiting bakau hingga kopi mangrove yang disajikan untuk para pengunjung.

Baca juga: Duh, Hutan Mangrove di Pesisir Semarang Nyaris Musnah Terdampak Proyek Tol. 7 Tahun Hilang 157 Ha

Tribunbanyumas.com pun berkesempatan masuk lebih dalam ke hutan mangrove untuk melihat langsung berbagai potensi yang ada.

Kepiting Bakau

Tepat diujung hutan mangrove, bangunan kayu menyambut para pengunjung.

Bangunan tersebut bertuliskan Sekertariat Kelompok Tani Hutan (KTH) Pansela.

Tepat di samping bangunan tersebut, beberapa orang sibuk memantau perkembangan kepiting bakau.

Tak tanggung-tanggung, 150 kepiting bakau ditempatkan di wadah khusus.

Beberapa berukuran jumbo dengan berat sekitar 1 kilogram.

Baca juga: Proyek Tanggul Laut dan Tol Semarang-Demak Babat Mangrove di Trimulyo Semarang, Nelayan Mengeluh

Di lokasi tersebut, perkembangan kepiting bakau benar-benar diperhatikan.

Pasalnya, lokasi tersebut menjadi tempat pembesaran kepiting bakau.

"Yang ini masih 2 ons, belum begitu besar," jelas Sodiqin satu di antara anggota KTH Pansela, Jumat (6/12/2024).

Sembari sibuk memperhatikan kepiting bakau, pria ramah itu mengatakan panen bisa dilakukan sekitar 40 hari.

Harga jual kepiting bakau bisa tembus Rp150 ribu perkilogram.

Di mana KTH Pansela bisa mendapatkan 100 kilogram dalam sekali panen.

"Pembeli juga sudah ada, kami hanya membesarkan."

"Bibit kepiting kami ambil dari hutan mangrove," kata Sodiqin.

Kopi Mangrove

Tak hanya kepiting bakau, kopi mangrove yang ada di kawasan hutan mangrove tersebut juga ramai pengunjung.

Para pengunjung penasaran dengan rasa kopi mangrove buatan warga Desa Ayah.

Satu di antara pengunjung asal Natuna bahkan terkesan dengan cita rasa kopi mangrove.

"Setiap hari saya mengkonsumsi kopi, tapi rasa kopi mangrove benar-benar berbeda," Hardinansyah yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna.

Ia mengatakan, rasa kopi mangrove berbeda dengan kopi jenis arabika maupun robusta.

Baca juga: Hijaukan Pesisir Utara Semarang dengan Mangrove, Sururi Diganjar Penghargaan Kalpataru 2024

"Rasanya sangat khas sekali," tuturnya.

Dijelaskan Kasman satu di antara anggota KTH Pansela yang juga meracik kopi mangrove, trail and error mewarnai racikan kopi mangrove.

Bahkan tak hanya sekali, ia mengatakan ratusan kali masyarakat Desa Ayah mencoba meracik kopi mangrove.

Meski demikian Kasman dan warga lainnya tak berhenti hingga akhirnya mendapatkan cita rasa khas dari kopi mangrove.

"Awalnya kami mencoba memanfaatkan mangrove yang dianggap tak bisa dijadikan minuman akhirnya tercipta kopi ini," tuturnya.

Dijelaskannya, proses meracik kopi mangrove membutuhkan waktu sangat lama hingga bisa dikonsumsi.

Menurutnya cita rasa kopi mangrove lebih gurih ketimbang kopi pada umumnya.

Dan proses membuat tanaman mangrove bisa dijalankan kopi memakan waktu 90 hari.

"Kami coba tawarkan ke komunitas terlebih dahulu dan ada peminat."

"Sampai sekarang banyak yang mencari," tuturnya sembari menyajikan kopi mangrove. (*)

Baca juga: Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Yayasan AHM Tanam Puluhan Ribu Mangrove

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved