Berita Jateng

Bukan Profesi, Alasan Bertani Jadi Jalan Hidup Masyarakat Adat Samin di Pati

Gunretno mengatakan, di Kabupaen Pati, masalah pertanian tergolong serius. Terutama yang terkait kebencanaan

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: khoirul muzaki
M Iqbal Shukri/Tribun Jateng
Generasi muda sedulur sikep Samin Surosentiko saat berfoto bersama usai sarasehan di Pendopo Kabupaten Blora, Selasa (9/7/2024) 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PATI – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Tengah mengadakan sosialisasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Jateng 2024 di Balai Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Senin (4/11/2024) malam.

Masyarakat adat Sedulur Sikep di wilayah Sukolilo menjadi peserta kegiatan ini.

Tokoh Masyarakat Sedulur Sikep Pati, Gunretno, mengatakan bahwa kerjasama KPU dengan Sedulur Sikep ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan dan pemahaman secara utuh mengenai proses Pilgub.


“Harapannya sedulur-sedulur semakin mengetahui secara utuh. Memang dalam proses hari pemilihan itu kan dulur-dulur meluangkan waktu untuk menentukan pemimpin lima tahun ke depan. Semoga tidak seperti yang dahulu-dahulu, janji-janji, setelah jadi dilupakan,” ucap dia.

Gunretno mengatakan, di Kabupaen Pati, masalah pertanian tergolong serius. Terutama yang terkait kebencanaan. Karena itu, dia berharap pemimpin Jateng yang terpilih nanti benar-benar pro lingkungan.

Baca juga: Tak Kalah dengan Acara Wisuda Sarjana, Para Lansia di Purbalingga Diwisuda Sekolah Pakai Toga

“Karena masalah bencana ini dampak kerusakan lingkungan, terutama di hulu Pegunungan Kendeng yang ada ancaman berdirinya pabrik semen serta penciutan lahan produktif dengan penetapan kawasan industri. (Keadaan ini) tidak nyambung dengan program Pak Prabowo yang memprioritaskan mencukupi kebutuhan pangan, kedaulatan pangan,” papar Gunretno.

Dia mendorong para calon gubernur agar melestarikan Pegunungan Kendeng sebagai tempat mewujudkan kedaulatan pangan.

“Karena Jawa ini padat penduduk, mestinya kebutuhan pangan lebih besar dari yang lain, tapi lahan pertaniannya ciut. Maka lahan yang sudah rusak harus dipikirkan bagaimana agar produktif lagi. Ancaman bencana harus dicari masalahnya di mana,” ungkap dia.

Dia juga menyoroti penegakan hukum sebagai aspek pendukung pelestarian lingkungan. Bagi dia, hukum harus ditegakkan seadil-adilnya. Jika tidak, keadaan tidak akan membaik.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved