Berita Nasional

Gempa Bumi Megathrust Mengintai Indonesia, Bisa Picu Tsunami Lebih Dahsyat dari Tragedi Aceh

Gempa megathrust berkekuatan hingga magnitudo 8,9 mengancam Indonesia yang dapat memicu tsunami lebih besar dari tragedi Aceh.

Editor: rika irawati
TRIBUN BANYUMAS/SAIFUL MA'SUM
Ilustrasi. Pencatatan aktivitas gempa Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung, Jumat (12/2/2021). Gempa dahsyat megathrust mengintai wilayah Bengkulu, Jawa Barat hingga Jawa Tengah. 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Gempa megathrust berkekuatan hingga magnitudo 8,9 mengancam Indonesia.

Tak hanya berkekuatan besar, gempa ini diperkirakan dapat memicu tsunami yang lebih dahsyat dari tragedi Aceh.

Perkiraan ini disampaikan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono, Minggu (11/8/1014).

Daryono mengatakan, ilmuwan Indonesia mengkhawatirkan soal seismic gap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut.

Seismic gap adalah wilayah di sepanjang batas lempeng aktif yang tidak mengalami gempa besar atau gempa selama lebih dari 30 tahun.

BMKG memperkirakan, Megathrust Selat Sunda bisa memicu gempa dahsyat dengan kekuatan maksimal Magnitudo 8,7.

Sementara, Megathrust Mentawai-Siberut bisa mencapai Magnitudo 8,9.

"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," ujar Daryono dalam keterangan resminya, Minggu.

Baca juga: Pantai Selatan Berpotensi Terancam Megathrust, Ganjar Minta Bangunan Dikonstruksi Tahan Bencana

Tanda Sudah Muncul Sejak 1994

Namun, kekuatan gempa dapat bertambah manakala gempa megathrust tersebut terjadi bersamaan dengan megathrust lain.

Hal ini dimungkinkan terjadi, khususnya di wilayah Bengkulu, Jawa Barat hingga Jawa Tengah.

Menurut Perekayasa di Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Widjo Kongko mengungkap, gempa akibat Megathrust Selat Sunda bisa mencapai Magnitudo 9 atau lebih bila terjadi bersamaan dengan segmentasi yang berada di atasnya, yaitu Megathrust Enggano di Bengkulu dan sebelah timurnya, yaitu Megathrust Jawa Barat-Tengah.

"Energi yang dihasilkan dari potensi gempa itu mirip dengan gempa bumi dan tsunami Aceh 2004,” jelas Widjo dikutip dari Kompas.com, Selasa (18/1/2022).

Ia menambahkan, ada kemungkinan, gempa akibat Megathrust Selat Sunda memicu tsunami yang lebih tinggi dari tsunami yang ditimbulkan gempa berkekuatan Maginuto 9,3 yang melanda Aceh pada 2004 silam.

Selain itu, Megathrust Mentawai-Siberut berpotensi memicu gempa besar di masa yang akan datang pernah menimbulkan beberapa bencana sejak 1994.

Megathrust di wilayah Sumatera tersebut pernah menyebabkan gempa M 8,5 di Nias pada 1994; M 7,9 di Lampung-Bengkulu pada 2000; M 9,3 di Aceh pada 2004, dan M 8,7 di Bengkulu.

Baca juga: Gempa di Batang Akibat Aktivitas Sesar Lokal, Masyarakat Diimbau Tenang dan Waspadai Gempa Susulan

Megathrust Mentawai-Siberut juga pernah menyebabkan gempa berkekuatan M 7,3 di Kepulauan Mentawai pada Selasa (25/4/2023) pukul 03.00 WIB.

Pada saat itu, Daryono mengatakan, gempa di wilayah tersebut merupakan rangkaian gempa yang telah diprediksi para ilmuwan.

"Karena memang, hanya di segmen (zona megathrust segmen Mentawai-Siberut) ini yang energi (gempa bumi) terkonsentrasi dan belum release (muncul) di bagian Sumatera," jelas Daryono setelah gempa di Kepulauan Mentawai tersebut.

"Hanya satu-satunya di Mentawai-Siberut yang belum release (gempa). Jadi gempa hari ini (Selasa) merupakan bagian dari rangkaian gempa zona megathrust di Segmen Mentawai-Siberut," tambahnya.

Daryono menjelaskan, gempa paling besar yang yang dipicu oleh Megathrust Mentawai-Siberut terjadi pada 10 Februari 1797.

Pada saat itu, kekuatan gempa mencapai M 8,5 dan menimbulkan tsunami besar sehingga lebih dari 300 orang meninggal.

"Artinya, sudah lebih dari 300 tahun di zona ini tidak terjadi gempa besar sehingga wajar jika para ahli menjadikan zona ini sebagai the big one yang mana menjadi perhatian para ahli," imbuh Daryono.

Upaya Mitigasi

Terkait potensi gempa besar dan tsunami akibat megathrust, Daryono menyampaikan, BMKG sudah menyiapkan system monitoring, processing, dan diseminasi informasi gempa bumi serta peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.

Upaya lain adalah memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, dan industri pantai serta infrastruktur kritis, seperti pelabuhan dan bandara pantai.

Baca juga: Korban Gempa Batang Dapat Bantuan Rp2 Juta-Rp15 Juta untuk Perbaikan Rumah, Ditarget Rampung 1 Bulan

Kegiatan tersebut dikemas dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG), BMKG Goes To School (BGTS), dan Pembentukan Masyarakat Siaga tsunami atau Tsunami Ready Community.

"Harapan kami, semoga, upaya dalam memitigasi bencana gempa bumi dan tsunami dapat berhasil dengan dapat menekan sekecil mungkin risiko dampak bencana yang mungkin terjadi, bahkan hingga dapat menciptakan zero victim," kata Daryono. (Kompas.com/Yefta Christopherus Asia Sanjaya)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG Sebut Gempa Megathrust Indonesia Tinggal Menunggu Waktu, Bisa Capai M 8,9".

Baca juga: Dikabarkan Bakal Copot Menteri dari PDIP dan Nasdem Jelang Lengser, Begini Kata Presiden Jokowi

Baca juga: Agus Gumiwang Ditunjuk Jadi Plt Ketum Golkar, Punya Waktu Sepekan Gelar Munas Pilih Ketua Definitif

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved