Berita Jateng
Tantangan Orang Samin Hidup di Tengah Modernitas, Relevankah Ajarannya dengan Problem Kekinian?
banyak Samin selama ini mengajarkan para pengikutnya, Sedulur Sikep, untuk mempertahankan nilai kebenaran tanpa kekerasan.
Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Kemendikbudristek RI bekerjasama dengan Pemkab Blora akan menyelenggarakan acara sarasehan dengan mengangkat tema ‘Laku Sikep dan Relevansinya di Era Kekinian’ Selasa, (9/7/2024).
Kegiatan sarasehan yang merupakan rangkaian dari Festival Budaya Spiritual itu bakali bertempat di Pendopo Kabupaten Blora, pukul 09.00 – 12.00 WIB.
Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Blora, Iwan Setiyarso menjelaskan bahwa banyak Samin selama ini mengajarkan para pengikutnya, Sedulur Sikep, untuk mempertahankan nilai kebenaran tanpa kekerasan.
Konsep utama Saminisme adalah mengatur hubungan harmonis antara manusia dan alam, menumbuhkan sikap saling menghormati, serta hidup secara harmonis dengan alam.
Baca juga: Analisa Pakar Unsoed Soal Gempa Batang : Setiap Saat akan Terjadi di Berbagai Daerah
"Sebagaimana spritualitas yang lahir dari dinamika budaya tradisional di masa lalu, ajaran Sikep juga mendapatkan tantangan menghadapi dinamika masyarakat yang dihela oleh modernitas,"
"Oleh karena itu pertanyaan terbesar atas ajaran Sikep adalah relevansinya dengan permasalahan-permasalahan saat ini. Itulah yang akan dibahas dalam sarasehan kali ini," jelasnya, Senin (8/7/2024).
Iwan menyampaikan dalam acara sarasehan itu akan ada beberapa narasumber yang dihadirkan.
Di antaranya budayawan Romo Sindhunata, Dr. Amrih Widodo, peneliti dan akademisi dari Australian National University (ANU) yang banyak melakukan penelitian tentang Samin, salah satunya diterbitkan dalam buku Samin In The Order: The Politics of Encounter and Isolation, serta dua remaja Sedulur Sikep yakni Bagus Widianto dan Anggit Pratiwi.
"Budayawan Romo Sindhu sejak lama membincang Sedulur Samin sebagai suatu gerakan mesianik masyarakat jawa dalam narasi besar Ratu Adil,"
"Sementara itu narasumber lainnya adalah Amrih Widodo, seorang pengajar di ANU yang menjadi akademisi yang paling itens dan lama dalam meneliti dan membersamai Sedulur Sikep," jelasnya.
Sementara itu, lantaran seringnya berinteraksi dengan Sedulur Sikap sejak tahun yang lalu, Widodo dianggap seperti 'orang dalam' yang bisa mengungkap hal ikhwal spiritualitas Sikep yang seringkali sulit dimasuki oleh orang di luar Sedulur Sikep, tanpa harus kehilangan obyektivitasnya sebagai peneliti.
Dalam sarasehan ini juga hadir Bagus Widianto serta Anggit Pertiwi, keduanya mewakili Remaja Sedulur Sikep.
Mengingat anak muda dipandang sebagai proyeksi masa depan, dan amat penting peran mereka di masa mendatang, mereka dihadirkan untuk melihat praktek aktual ajaran Sikep sekaligus untuk meneropong masa depan ajaran Sikep di masa yang akan datang.
Sementara itu, Syamsul Hadi, Direktur Kepercayaan & Masyarakat Adat Kemendikbudristek akan hadir sebagai Keynote Speaker.
Iwan Setiyarso menyebutkan bahwa sarasehan ini bertujuan berbentuk forum diskusi yang akan dihadiri oleh sebanyak 150 peserta yang terdiri dari unsur pemerintahan, guru sejarah, pegiat budaya, anak-anak muda.
Baca juga: Relawan Gus AL Banjarnegara Tebar 1 Ton Lebih Ikan, Gelar Mancing Gratis untuk Warga
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.