Berita Blora

Sekitar 600 Anak Difabel di Blora Tak Sekolah, Disdik Berniat Bentuk ULD. Ini Fungsinya

Disdik Blora berencana membangun ULD untuk memastikan hak anak difabel terpenuhi.

Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/DINA INDRIANI
ILUSTRASI. Unit Layanan Terapi Khusus Dinsos Batang bisa dimanfaatkan anak difabel untuk mendapatkan terapi secara gratis. Unit layanan ini diresmikan Rabu (7/2/2024). Disdik Blora berencana membangun ULD untuk memastikan hak anak difabel terpenuhi. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BLORA - Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Blora berencana membentuk Unit Layanan Disabilitas (ULD) untuk memastikan hak-hak pendidikan anak berkebutuhan khusus di Blora terpenuhi.

Pasalnya, saat ini, terdapat 600 anak berkebutuhan khusus di Blora tidak sekolah. Ditambah, jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri di Blora hanya ada dua.

Upaya lain, Disdik Blora mengupayakan penambahan SLB.

Sekretaris Disdik Blora Nuril Huda mengatakan, ULD nanti akan merekrut tenaga-tenaga guru berkompetensi, khususnya dalam penanganan anak berkebutuhan khusus.

"Nanti ngantornya di sini (Disdik Blora). Tetapi kalau sedang bertugas, mereka akan menyebar sesuai wilayah. Mereka nanti akan visitasi ke anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di lapangan," terangnya, Sabtu (22/6/2024).

Baca juga: Soal Seragam Sekolah, Disdik Blora: Tak Ada Perubahan, Pengadaan Tanggung Jawab Orangtua

Terkait jumlah tenaga guru yang dibutuhkan, Nuril mengaku belum menghitung lantaran gagasan ULD masih sekadar konsep.

Jika nantinya mulai digarap serius, pihaknya akan merekrut sesuai jumlah anak berkebutuhan khusus di Blora.

"Mungkin, nanti, anak berkebutuhan khusus yang ada di Blora itu sebulan sekali bisa dikunjungi."

"Idealnya memang setiap hari ya tetapi kan mengingat hal itu mungkin membutuhkan tenaga yang lebih. Intinya, yang terpenting, anak-anak berkebutuhan khusus itu nanti bisa terlayani dari sisi pendidikannya," jelasnya.

Baca juga: 101 Warga Blora Mengidap HIV/AIDS, Beberapa Kecamatan di Bagian Selatan Ini Dapat Perhatian Khusus

Menurut Nuril, penanganan anak berkebutuhan khusus sangatlah spesifik. Mulai dari sarana prasarana yang dibutuhkan, kurikulum, hingga tenaga pengajar.

"Untuk penanganan anak berkebutuhan khusus itu spesifik ya, mulai sarpras, kurikulumnya juga harus spesifik, kan jenis disabilitas itu macam-macam, itu juga berpengaruh pada kompetensi gurunya harus seperti apa dan bagaimana," paparnya. (*)

Baca juga: 41 SMP Swasta di Semarang Dapat Dana Hibah untuk Program Sekolah Gratis, Didorong Jadi Favorit

Baca juga: Derita Buruh Jateng: Teracam Gelombang PHK, Kalah Saing dengan Tenaga Kerja Asing di Level Manajer

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved