Berita Jateng
Beda dengan Buruh Pabrik, Nasib Buruh Tani Jauh Memilukan Upah Hanya Rp 30 Sampai 50 Ribu Sehari
Dari total jumlah penduduk yang bekerja di Jateng yang mencapai 20,4 juta, 28,3 persen terserap di sektor pertanian.
Penulis: budi susanto | Editor: khoirul muzaki
"Ya mau bagaimana lagi, kami tidak punya lahan hanya bisa bekerja harian," ucap Tasurun (51) buruh tani asal Kabupaten Kendal.
Ia juga mengatakan tidak ada standarisasi upah dari pemerintah seperti buruh pabrik.
Kondisi tersebut tak jarang membuat pemberi kerja seenaknya mematok upah untuk buruh tani.
"Mau mengeluh juga tidak bisa, yang jelas upah yang kami terima hanya cukup untuk makan," terangnya.
Baca juga: Kisah Aurora Mahasiswi UMP Lolos Seleksi Program Erasmus di Bulgaria
Tasurun merupakan satu dari jutaan buruh tani yang ada di Jateng.
Ia hanya bisa bekerja lantaran tak memiliki lahan pertanian.
Catatan Disnakertrans Provinsi Jateng, buruh memiliki porsi terbesar dalam hal status pekerjaan utama.
Di persentase buruh atau pekerja yang tak memiliki lahan hingga usaha mencapai 36,2 persen.
Jika dihitung, ada 7,2 juta buruh di Jateng dari total 20,4 juta penduduk yang bekerja.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.