Berita Bisnis

Gamal dan Kaliandra Opsi Pengganti Batubara, PLN EPI Kembangkan Tanaman di Cilacap

PLN bekerja sama dengan IPB memanfaatkan tanaman jenis gamal dan kaliandra untuk pengganti batubara.

Pingky/TribunBanyumas.com
Peneliti dari IPB University dan jajaran managemen PT PLN EPI saat mengecek demplot tanaman gamal dan kaliandra di Desa Kalijeruk, Kawunganten, Kamis (7/3/2024). Kedua tanaman ini digunakan sebagai biomassa pengganti bahan bakar batubara di PLTU Adipala. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) University mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan pengganti batubara untuk bahan bakar di PLTU Adipala, Cilacap.

Pengembangan biomassa di PLTU Adipala yang saat ini dirancang adalah dengan memanfaatkan tanaman jenis gamal dan kaliandra yang banyak tumbuh di wilayah Kabupaten Cilacap.

Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB University, Dr Meika Syahbana Rusli menjelaskan, alasan pemilihan tanaman gamal dan kaliandra sebagai biomassa campuran batubara untuk bahan bakar PLTU karena mudah tumbuh dan bisa dipanen setiap tahunnya.

Baca juga: Jaga Pasokan Listrik Yang Andal, PLN Kebumen Ajak Kolaborasi Masyarakat Melakukan Pemangkasan Pohon

Peneliti dari IPB University dan jajaran management PT PLN EPI saat mengecek demplot tanaman gamal dan kaliandra di Desa Kalijeruk, Kawunganten. Kamis (7/3). Kedua tanaman ini digunakan sebagai biomassa pengganti bahan bakar batubara di PLTU Adipala.
Peneliti dari IPB University dan jajaran management PT PLN EPI saat mengecek demplot tanaman gamal dan kaliandra di Desa Kalijeruk, Kawunganten. Kamis (7/3). Kedua tanaman ini digunakan sebagai biomassa pengganti bahan bakar batubara di PLTU Adipala. (Pingky/TribunBanyumas.com)

Selain itu, kandungan pada kedua tanaman ini dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori bahan bakar.

"Kedua tanaman ini cepat tumbuh dan cocok pada lahan yang kering.

Kemudian keduanya juga memiliki kelebihan untuk pengganti batubara karena kandungan kalorinya jika sudah cukup kering mencapai 4.000 kalori perkilogramnya," jelas Dr Meika kepada Tribunbanyumas.com Kamis (7/3/2024).

Lebih lanjut dia mengklaim bahwa penggunaan kedua tanaman tersebut sebagai substansi batubara tidak akan merusak hutan. 

Baca juga: Kebijakan Pemprov Jateng: Rumah Bermaterial Limbah Batu Bara PLTU

Pasalnya, tanaman gamal dan kaliandra ini bisa dipanen setiap tahunnya, sehingga akan berkelanjutan tanpa menimbulkan penggundulan hutan seperti yang dikhawatirkan akhir-akhir ini.

"Ada yang menghawatirkan program cofiring ini adalah deforestasi, ketika batubara diganti tapi hutan hilang, kita tidak.

Paradigmanya kita tanam dulu, gamal itu sifatnya mudah tumbuh jadi panen setiap tahun, tumbuh lagi begitu berkelanjutan.

Kebutuhan biomassa bisa dicapai, emisi bisa diturunkan dan masyarakat punya penghasilan itu saya rancangkan programnya," ungkapnya.

Adapun untuk penelitian biomassa ini, IPB University telah melakukannya selama 2 tahun.

Mulai dari mengidentifikasi lahan hingga saat ini proses penandatanganan MoU bersama antara tiga BUMDes di 3 kecamatan dan PT Artha Daya Coalindo (anak perusahaan PT PLN Indonesia Power) dalam produksi biomassa kayu.

Lahan di 3 Kecamatan

Dikatakan Dr Meika, pihaknya sudah membuat rancangan program yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat yakni menggunakan lahan masyarakat untuk ditanami dua jenis tanaman itu.

Pasalnya, menurut dia, ekosistem yang paling bagus untuk produksi biomassa itu adalah menggunakan ekosistem berbasis masyarakat.

Halaman
12
Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved