Berita Banjarnegara

Tanpa Sadar Selama Ini Masyarakat Banjarnegara Memperingati Hari Jadi yang Pro Penjajah, Kini Diubah

ari Jadi Banjarnegara ke 453 mestinya dijadikan momentum untuk memperkuat literasi sekaligus menggali inspirasi bagi generasi muda dari sejarah.

Editor: khoirul muzaki
Istimewa
Sarasehan Babad Banjarnegara yang digelar di SMPN 1 Wanadadi. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA- Hari Jadi Banjarnegara ke 453 mestinya dijadikan momentum untuk memperkuat literasi sekaligus menggali inspirasi bagi generasi muda dari sejarah.

Hal itu diungkapkan Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Banjarnegara Heni Purwono, Senin (26/2/2024) pada Sarasehan Babad Banjarnegara yang digelar di SMPN 1 Wanadadi.


"Nilai luhur yang ada pada Hari Jadi Banjarnegara sangat banyak. Selain sisi nasionalisme dan patriotisme, juga ada nilai etika dan moral ketimbang Hari Jadi Banjarnegara yang lama," jelas Heni.


Hari jadi yang lama, tambah Heni, berpijak pada diangkatnya Dipayudha IV oleh pemerintah Kolonial Belanda sebagai balas budi atas perannya membantu memerangi pasukan Diponegoro.


"Sementara hari jadi yang baru bersumber dari pengangkatan Jaka Kaiman sebagai Bupati Wirasaba oleh Sultan Hadiwijaya di tahun 1571, yang kemudian ia membagi Wirasaba menjadi empat, salah satunya Banjar Petambakan," jelas Heni.

Baca juga: Asam Lambung Tiba-tiba Naik, Lika Liku Kisah Anggota KPPS di Kebumen Saat Bertugas


Nilai etika tahu diri Jaka Kaiman sebagai anak mantu dari Wargo Hutomo sehingga membagi wilayah untuk tiga saudaranya, tambah Heni, perlu ditanamkan kepada generasi muda saat ini.


"Saya bahagia sebagai salah satu inisiator perubahan hari jadi berhasil. Ini menandakan masyarakat Banjarnegara memiliki kesadaran sejarah dan literasi. Kita tidak bisa percaya begitu saja fakta sejarah tanpa memberikan interpretasi yang kritis. Lagi pula masa lampau memberi banyak sekali inspirasi penting untuk generasi masa kini," tandas Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Banjarnegara ini.


Tak hanya membahas tentang sejarah hari jadi, Heni juga membahas tokoh-tokoh Banjarnegara yang inspiratif seperti Mangunyudho Seda Loji yang melawan VOC, Mangunyudho Seda Mukti yang membela Diponegoro sampai tokoh kontemporer Soemitro Kolopaking Poerbonegora yang merupakan aktivis pergerakan nasional dan bupati tiga zaman.

Baca juga: Peringatan BMKG, Anda yang Berada di Daerah-daerah Ini Patut Mewaspadai Potensi Cuaca Ekstrem


Salah satu peserta sarasehan, Milati yang guru IPS menanyakan tentang Soemitro yang dianggap berfaham fasis. Namun Heni menganggap bahwa Soemitro tidak demikian, namun hanya menyesuaikan situasi sebagaimana Soekarno dan Hatta yang juga bekerjasama dengan Jepang.


"Soemitro orang yang sangat luwes dan luas pemikirannya. Sikapnya bisa melewati tiga zaman berbeda lebih sebagai strateginya untuk memerdekakan Indonesia. Beliau pantas menjadi pahlawan nasional," tandas Heni.
Mewakili Kepala SMPN 1 Wanadadi, Eko Hendro Purwanto mengungkapkan kegiatan sarasehan seperti ini penting untuk dilakukan.


"Bangsa yang maju dan beradab tidak akan pernah meninggalkan budaya dan adat istiadatnya. Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah," ujar Eko.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved