Berita Jateng

Kasih Sepanjang Masa, Ayah di Ungaran Rela Tak Tidur Tunggui Putrinya Bertugas di TPS

anaknya hanya pulang ke rumah untuk menunaikan salat subuh, kemudian melanjutkan pekerjaannya di TPS

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: khoirul muzaki
Istimewa
Suasana proses penghitungan suara di TPS 36 Dusun Kalongan, Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Rabu (14/2/2024) malam 

TRIBUNBANYUMAS.COM, UNGARAN - Seorang ayah di Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Andi Ariyanto merasa tidak tega melihat anak perempuannya bekerja tanpa istirahat saat menjadi anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS).

Pasalnya, anak perempuannya yang bernama Talitha Irmadella Radhawa (19) bekerja sejak hari-H pemungutan suara, Rabu (14/2/2024) pagi hingga Kamis (15/2/2024) siang di TPS 36, Dusun Kalongan, Desa Kalongan.

Itu artinya, durasi petugas KPPS di sana lebih dari 24 jam.

“Waktu hari-H setelah selesai kerja saya mengawal dan menemani anak saya di TPS. Saya tunggu sampai jam 03.00 WIB dini hari besoknya masih belum selesai-selesai,” kata Andi kepada Tribunjateng.com.

Dia melanjutkan, anaknya hanya pulang ke rumah untuk menunaikan salat subuh, kemudian melanjutkan pekerjaannya di TPS sampai sekitar pukul 11.00 WIB.

Satu di antara faktor yang membuat durasi pekerjaan anaknya menjadi selama itu yakni proses penghitungan suara yang baru selesai pada sekitar pukul 00.30 WIB.

Setelah itu, para petugas KPPS di sana masih melakukan rekapitulasi, membuat berkas salinan berita acara hingga tanda tangan yang melibatkan saksi hingga dini hari.

Tak hanya berhenti di situ, ketika matahari mulai terbit, terdapat error pada Sistem Informasi Rekapitulasi Pemilu (Sirekap).

Sirekap merupakan platform digital yang digunakan untuk merekam dan melaporkan hasil pemungutan suara.

“Sehingga masih bekerja sampai siang. Anak saya juga belum tidur, namun memutuskan untuk kuliah di Kota Semarang. Sempat saya sarankan untuk istirahat tapi tidak mau.

Setelah kuliah sampai sore, malam ini masih pergi ke TPS untuk beres-beres. Kasihan dia kelelahan,” imbuh Andi.

Menurut Andi, pelatihan dan bimbingan teknis yang diikuti anaknya sebelumnya tidak sesuai dengan kenyataannya di lapangan.

Dengan itu, Andi berpendapat bahwa besaran gaji yang diterima anaknya tidak sesuai dengan risiko serta durasi pekerjaannya.

“Ya, kurang. Seharusnya lebih banyak lagi,” pungkas dia. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved