Berita Bisnis

Tabungan Nasabah Tajir di Indonesia Menyusut Jelang Pemilu 2024, Diduga Ini Pemicunya

Pertumbungan tabungan nasabah tajir di bank menyusut menjelang Pemilu 2024.

Editor: rika irawati
UNSPLASH/MUFID MAJNUN
Ilustrasi uang tunai. Tabungan nasabah tajir di Indonesia menyusut jelang Pemilu 2024, diduga ini pemicunya. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, JAKARTA -Perhelatan pesta demokrasi lima tahunan atau Pemilu 2024 mempengaruhi pertumbungan tabungan nasabah tajir di Indonesia.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, jelang Pemilu 2024, simpanan nasabah tajir di bank menyusut.

Selain ketidakpastian kondisi, para nasabah tajir diduga memilih memindahkan simpanan ke investasi bentuk lain.

Data LPS menunjukkan, dana simpanan di atas Rp5 miliar, pada November 2023, naik 1,6 persen secara tahunan menjadi Rp4.369 triliun.

Angka ini lebih kecil dibanding pertumbuhan pada Januari 2023, yang mencapai 11 persen secara tahunan, menjadi Rp4.254 triliun.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan, penyusutan dana simpanan di atas Rp5 miliar terjadi karena sikap korporasi yang cenderung wait and see.

Baca juga: Utang Pinjol Bakal Dibatasi Maksimal 50 Persen dari Gaji Calon Nasabah, Berlaku Mulai Tahun Depan

Ini karena tingginya ketidakpastian di masa perhelatan pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Menurutnya, para debitur korporasi memilih menahan diri untuk melakukan pinjaman kredit ke bank.

Alhasil, mereka lebih memilih menggunakan dana pribadi, yang semula ditempatkan di bank.

Yudhi menyebut, korporasi kini juga lebih nyaman membiayai kebutuhan dan ekspansi usaha menggunkan dana pribadi.

Namun, pemilu tidak selalu berefek negatif ke jumlah simpanan nasabah korporasi.

Pada dua kali perhelatan Pemilu sebelumnya, yakni Pemilu 2014 dan 2019, tren pertumbuhan simpanan nasabah di atas Rp5 miliar justru tercatat tumbuh di atas 5 persen.

Contohnya, pada tahun 2014, saat Pemilu serentak diadakan pada awal Juli.

Di Januari 2014, nominal simpanan nasabah Rp5 miliar ke atas sebesar Rp1,57 kuadriliun.

Di Juli, atau di bulan pelaksanaan pemilu, nilainya naik mencapai Rp1,67 kuadriliun.

Di akhir Desember di tahun yang sama, nilai simpanan mencapai Rp1,85 kuadriliun.

Baca juga: Sobat Miskin Menjerit! Lima Bank Nasional Ini Beri Bunga 0 % untuk Produk Tabungan

Begitu pula saat perhelatan Pemilu 2019. Di Januari, nominal simpanan nasabah Rp5 miliar lebih, masih sebesar Rp2,63 kuadriliun.

Di April, bulan pelaksanaan pemilu, nilainya Rp2,75 kuadriliun.

Di Desember, jumlahnya mencapai Rp2,81 kuadriliun.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin berpendapat, perlambatan pertumbuhan dana nasabah tajir di atas Rp5 miliar juga disebabkan pengalihan dana ke instrumen investasi lain.

"Kalau untuk dana pemilu, harusnya hanya bergeser dari rekening ke rekening lain," kata dia.

Guru Besar Universitas Indonesia Budi Frensidy juga menilai, debitur memilih menempatkan pada aset yang dinilai lebih menarik ketimbang tabungan. (Kontan/Nurtiandriyani Simamora)

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Simpanan Nasabah Tajir Menyusut Jelang Pemilu 2024, Ini Pemicunya".

Baca juga: Atlet Difabel Kabupaten Tegal Sambat, Tak Punya Tempat Latihan dan Berolahraga Terpusat

Baca juga: Guru Besar UMS Bersuara, Minta Presiden dan Elit Politik Kembalikan Demokrasi Beradab dan Beretika

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved