Berita Cilacap
Lewat Program Kancing Merah, Jumlah Balita Stunting di Kabupaten Cilacap Turun Hingga 45 Persen
Kabupaten Cilacap menjadi salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki prevelensi angka stunting yang cukup tinggi.
Penulis: Pingky Setiyo Anggraeni | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Kabupaten Cilacap menjadi salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki prevelensi angka stunting yang cukup tinggi.
Maka tak heran apabila kabupaten terluas di Jawa Tengah ini masuk dalam prioritas program percepatan penurunan stunting.
Melihat kondisi tersebut rupanya Pemerintah Kabupaten Cilacap tak tinggal diam.
Pj Bupati Cilacap Yunita Dyah Suminae bersama Pemkab Cilacap membuat sebuah terobosan atau inovasi untuk lebih menajamkan upaya percepatan penurunan stunting tersebut.
Melaui Dinas Kesehatan, Pemkab Cilacap berusaha untuk menurunkan angka stunting melalui program "Kancing Merah" atau singkatan dari Gerakan Cegah Stunting Masa Depan Cerah.
Baca juga: Pj Gubernur Jateng Turunkan Timsus Awasi Netralitas ASN di Pemilu 2024, Termasuk Aktivitas di Medsos
Program inovasi tersebut dimulai sejak Januari 2023 lalu dan masih berjalan hingga saat ini.
Dalam prakteknya, ada 6 pilar kegiatan yang dilaksanakan yakni mengonsumsi gizi seimbang, asi eksklusif 6 bulan, rutin ke Posyandu, menggunakan jamban sehat, cuci tangan pakai sabun dan menggunakan air bersih.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dr. Pramesti Griana Dewi menyebut, ada beberapa strategi penurunan angka stunting yang dilakukan dalam program Kancing Merah tersebut.
Salah satunya yakni melalui penimbangan serentak yang dilakukan di masing-masing Posyandu.
Dari penimbangan serentak inilah dapat diketahui berapa banyak balita yang berpotensi stunting dari hasil penimbangan yang dilihat dari berat badan, panjang badan, dan tinggi badan anak.
"Kami mengidentifikasi balita yang beresiko stunting dengan melihat hasil dari penimbangan serentak yg dilaksanakan.
Jadi akan terlihat berapa jumlahnya balita yang mengalami stunting, gizi kurang ataupun gizi buruk," jelas dr. Pramesti kepada Tribunjateng.com
Tak hanya itu, melalui Kancing Merah Pemkab Cilacap juga berupaya untuk mengedukasi orang tua balita terkait pola makan dan gizi yang seimbang.
Sejak awal pelaksanaan, Pemkab Cilacap telah mengadakan pelatihan memasak PMT (Pemberian Makanan Tambahan) yang diikuti perwakilan kader PKK dan Posyandu se-Kabupaten Cilacap.
Mereka diberi edukasi soal gizi yang seimbang termasuk cara memasaknya, menu yang sesuai untuk balita dan juga variasi menunya.
"Itu beberapa kali kita laksankan (read pelatihan memasak) sehingga kader kita paham, termasuk juga pola asuhnya, pola pemberian makan yang harus selalu diingatkan kepada ibu-ibu balita," katanya.
Terkait hasil capaian dari program "Kancing Merah" ini kata Pramesti sudah menunjukkan adanya penurunan angka stunting di Kabupaten Cilacap.
Dari hasil penimbangan serentak yang dilaksanakan pada Januari 2023 tercatat ada 4494 balita yang berpotensi stunting.
Sementara untuk jumlah balita berpotensi stunting di bulan Oktober 2023 ini sudah berada di angka 2455 balita atau turun sebanyak 45 persen sejak program "Kancing Merah" digalakkan.
"Pada saat evaluasi sejak triwulan 1, triwulan 2 dan triwulan 3 sudah terlihat penurunannya.
Dan di triwulan 4 pada Oktober lalu didapatkan angka stunting menjadi 2455 atau ada penurunan sebanyak 45 persen," ungkap Pramesti.
Dengan keberhasilan program tersebut, Pramesti berharap angka stunting di Kabupaten Cilacap dapat semakin berkurang dan membuat generasi di Cilacap menjadi generasi yang berkualitas.
Baca juga: Pj Gubernur Jateng Turunkan Timsus Awasi Netralitas ASN di Pemilu 2024, Termasuk Aktivitas di Medsos
Tentu untuk menciptakan generasi berkualitas menurutnya harus dimulai dari balita yang sehat bahkan harus dipersiapkan gizinya sejak didalam kandungan ibu.
"Itu yang harus diupayakan bersama untuk tercipata generasi emas di tahun 2045 dengan menguatkan ibu hamil dan balita kita sejak dini," ujar Pramesti.
Sebagai informasi dalam upaya penurunan angka stunting, kegiatan tersebut tentunya didukung dengan peningkatan anggaran.
Dimana pada tahun 2022 hanya dianggarkan sebanyak Rp12,7 miliar saja, sedangkan di tahun 2023 ini dianggarkan sebanyak Rp72,7 miliar.
Adapun sumber anggaran berasal dari APBD, dana desa untuk PMT, CSR, anggaran stunting reguler di desa dan bantuan operasional untuk pengadaan beras fortivikasi. (pnk)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.