Liga 2 2023

Pemukulan Offisial Persipa Pati Luput dari Perhatian Komdis, Pengamat: PSSI Tak Boleh Pilih Kasih

Pengamat sepak bola Tris Irawan kecewa pemukulan suporter Persijap Jepara terhadap official Persipa Pati luput dari perhatian Komdis PSSI.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: rika irawati
ISTIMEWA
Kolase tangkap layar video suporter Persijap Jepara memukul offisial Persipa Pati saat laga Liga 2 Persijap Jepara vs Persipa Pati di Stadion Gelora Bumi Kartini Jepara, 18 September 2023 lalu. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PATI - Pengamat sepak bola Tris Irawan menyayangkan terjadinya perlakuan tak menyenangkan dari suporter Persijap Jepara terhadap official Persipa Pati dalam laga Liga 2, 18 September 2023.

Yang lebih mengecewakan, kericuhan yang terekam kamera video dan menjadi viral ini tak mendapat tanggapan dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI.

Ini terbukti dengan sidang Komdis PSSI yang digelar 27 dan 28 September 2023 tak membahas insiden itu.

Hal ini diketahui dari hasil sidang Komdis PSSI yang dipublikasikan di laman resmi PSSI.

Bahkan, tak ada sanksi bagi panitia pelaksana (panpel) pertandingan yang seharusnya bertanggung jawab atas insiden itu.

Sebagaimana diketahui, pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora Bumi Kartini Jepara itu, official Persipa Pati menerima perlakuan tidak menyenangkan dari suporter tim tuan rumah.

Video berdurasi dua menit yang merekam peristiwa itu juga telah banyak beredar di media sosial.

Aksi tak mengenakkan itu terjadi usai Persipa Pati mencetak gol di penghujung babak pertama.

Baca juga: Persijap Fokus Perbaiki Lini Belakang usai Ditahan Imbang Persipa di Liga 2: Pemain Kurang Bagus

Dalam video, tampak bahwa personel official Persipa Pati yang duduk di tribun penonton bersorak-sorai.

Hal itu menjadi pemicu kemarahan beberapa suporter tuan rumah.

Dalam video, tampak personel official Persipa menerima tindakan dorongan dan jambakan.

Suasana kemudian ricuh dan personel pengamanan berupaya meredam situasi.

Tak hanya itu, sehari sebelum pertandingan, official Persipa Pati juga menjadi sasaran tindak kekerasan.

Beberapa official Persipa didatangi sekelompok orang saat sedang minum kopi di warung depan hotel tempat mereka menginap di Jepara.

Menurut keterangan pihak Persipa, dua orang official dicekik, dipukul, dan baju yang dipakai dilucuti.

Menurut Tris Irawan, peristiwa ini tergolong pelanggaran dalam tanggung jawab pelaksana pertandingan.

Hal ini sebagaimana diatur dalam Kode Disiplin PSSI 2018.

"Dalam konteks peristiwa di Jepara, hal ini terkait Pasal 68 Kode Disiplin PSSI. Karena konteksnya terjadi pemukulan. Ada saksi dan bukti video juga," kata Tris, Senin (2/10/2023).

Baca juga: Persijap Jepara Terbenam di Dasar Klasemen, Komentar Pelatih Salahudin soal Kekurangan Timnya

Dalam Pasal 68 huruf a disebutkan bahwa badan penyelenggara pertandingan bertanggung jawab dan wajib memperhitungkan dan mengantisipasi tingkat bahaya yang akan terjadi.

Setiap hal yang memiliki risiko tinggi dan mengakibatkan gangguan kenyamanan bagi tim, perangkat pertandingan, penonton, serta kelancaran pertandingan di dalam atau di luar stadion, baik sebelum, saat, dan setelah pertandingan harus dilaporkan pada PSSI.

"Artinya, bisa disimpulkan bahwa panitia pertandingan tidak mengantisipasi secara cermat dan seksama sehingga peristiwa tersebut bisa terjadi," kata Tris.

Selanjutnya, pada Pasal 68 huruf c, Komite Disiplin PSSI menulis bahwa penyelenggara pertandingan harus memastikan kemanan dan kenyamanan perangkat pertandingan, pemain, dan ofisial yang terlibat (secara khusus tim tamu) selama mereka berada di tempat pertandingan.

"Karena peristiwa itu dalam koridor pertandingan maka Pasal 68 huruf c itu adalah pasal yang sangat jelas dilanggar panitia pertandingan," ucap Tris.

Karena itu, menurutnya, manajemen Persipa Pati berhak melakukan protes atas dasar hukum yang telah tertulis itu.

Bagi dia, penegakan aturan disiplin dalam hal ini konteksnya bukan hanya untuk Persipa melainkan juga untuk kepentingan sepakbola nasional.

"Apalagi, sekarang ini, kita sedang bertransformasi setelah peristiwa Kanjuruhan. Penertiban untuk aparat pertandingan, manajemen pertandingan, penonton, dll, harus lebih ketat," kata dia.

Menurut Tris, sebagai lembaga yang berwenang, PSSI harus bisa memberikan keputusan yang adil dan objektif berdasarkan bukti-bukti yang ada.

"Ada saksi, kalau tidak salah, sudah diviralkan juga videonya. Mestinya, itu cukup sebagai bahan mengambil keputusan."

"Apakah tercatat dalam matchcom, saya tidak tahu. Tapi, yang jelas, ada regulasi yang mengatur bahwa apa yang terjadi di Jepara merupakan pelanggaran terhadap tim tamu oleh tuan rumah, terutama panitia pertandingan," papar dia.

Dalam rangkap pembenahan manajemen kompetisi, kata Tris, Komdis PSSI harus berlaku adil dan menghasilkan keputusan yang memenuhi rasa keadilan pada semua klub.

Ditanya tentang kemungkinan "aksi balas dendam", Tris berharap itu terjadi.

"Karena, kalau sepakbola berdasar dendam (suporter melakukan aksi balas dendam) terjadi, kita tidak akan maju ke mana-mana," ucap dia.

Namun, Tris juga mengingatkan pada Komdis PSSI bahwa jika keputusan tidak mengacu pada prinsip keadilan, hal seperti itu (balas dendam) berisiko bisa terjadi walau sama-sama tidak diinginkan.

"Institusi yang punya kewenangan harus betul-betul fair dan objektif. Kalau tidak, sensitifitas penonton (untuk balas dendam) bisa terjadi. Padahal, sepakbola, mestinya ajang untuk kedamaian dan hiburan," kata dia. (*)

Baca juga: SUSUNAN PEMAIN Persipa vs Persekat di Liga 2: Tuan Rumah Bermain Menyerang

Baca juga: Efek Kasus Perundungan di Cilacap, Polres Banjarnegara Turun ke Sekolah-sekolah Cegah Bullying

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved