Berita Jateng
Penghasilan Sehari Hanya Rp 20 Ribu, Penjual Kerupuk di Kudus Bisa Nabung untuk Haji
Uang koin yang dia dapatkan sehari-hari tersebut berasal dari berjualan kerupuk dan menjadi buruh tani.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS - Sepasang suami istri di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, berhasil memenuhi rukun Islam yang ke lima usai mengumpulkan uang hasil berjualan kerupuk dan bekerja sebagai buruh tani.
Niat sepasang pasutri tersebut bisa beribadah haji ke Tanah Suci Mekkah muncul saat tahun 2012. Hanya bermodalkan mengumpulkan uang koin, sang suami Wagiran (68) dan sang istri Sripurwati (59) bisa dinyatakan berangkat ibadah haji pada tahun 2023.
Uang koin yang dia dapatkan sehari-hari tersebut berasal dari berjualan kerupuk dan menjadi buruh tani.
Setiap harinya, Sripurwati harus menaiki sepeda tuanya yang sudah berkarat untuk berkeliling menjual kerupuk, lauk-pauk ataupun jajanan pasar antar desa-desa.
Baca juga: Petugas Pasrah, Nenek Jemaah Calon Haji Asal Kediri Menolak Berangkat ke Bandara dan Minta Pulang
Untung dari berjualan kerupuk yakni Rp20ribu, itupun kalau semua kerupuk yang dia jual habis dalam sehari. Jika tidak dia harus menanggung kerugian apabila sudah tidak layak jual.
Untuk menambah keuntungan dari jual kerupuk, Sripurwati juga berjualan lauk pauk ataupun jajanan pasar. Terkadang, dia juga dibantu oleh suaminya.
Untung yang tidak sebanding dengan lelahnya dia berjualan tetap dilakoni untuk mencapai impiannya berangkat ke tanah suci dan menunaikan ibadah hajinya.
Begitupula dengan Wagiran yang bekerja sebagai buruh tani, upah yang dia terimapun juga tergantung dari ada atau tidaknya pekerjaan yang harus dia lakukan.
Meski pendapatan mereka tak sebanyak kerja kantoran, namun tetap konsisten dalam pekerjaannya dan perinsip mencari rezeki yang halal mampu mengantarkan mereka untuk ibadah haji.
Baca juga: Jamaah Haji Asal Purbalingga Didominasi Lansia, Paling Tua 92 Tahun
"Seadanya uang saya kumpulin, uang-uang koin itu Rp500-an sampai Rp1000-an setiap harinya dari hasil berjualan dan bekerja. Kalau ada ya kumpulin kalau ga ada ya sudah," kata Sripurwati, Kamis (8/6/2023).
Seperti pepatah, sedikit-sedikit menjadi bukit dengan sabar mereka menabung hingga akhirnya mendapatkan kabar keberangkatan pada tahun 2020.
"Sampai terkumpul Rp17 jutaan kami mendaftar dua orang. Sampai pada tahun 2020 mendapatkan pengumuman berangkat tetapi tidak bisa karena saat itu Covid-19," katanya.
Mendapatkan kabar mundurnya jadwal keberangkatan haji, membuat dirinya semakin rindu dengan tanah suci dan ingin segera menunaikan ibadah haji.
Baca juga: Luka Tubuh Masih Misteri, Makam Tahanan Polresta Banyumas yang Tewas Dibongkar untuk Autopsi
Sebuah vigura bergambarkan Masjidilharam dengan ditengahnya yakni gambar bangunan Kaʿbah al-Musyarrafah terpasang di ruang tamunya untuk sedikit mengobati kerinduannya.
"Kami kloter 87, rencana berangkat tanggal 18 Juni tapi belum tahu juga karena kadang mundur jadwalnya," jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.