Liga 1

Ini Sosok Wasit Liga 1 Yang Jadi Kapolsek di Semarang, Pernah Keluarkan 11 Kartu Kuning di Satu Laga

Siapa sangka eks-wasit Liga 1 Indonesia (dulu ISL), Handri Kristanto saat ini menjadi Kapolsek Candisari Polrestabes Semarang dan berpangkat Iptu.

ist/dok pribadi
Eks-wasit ISL (sekarang Liga 1), Iptu Handri Kristanto jadi Kapolsek Candisari Polrestabes Semarang. Selama menjadi wasit, Iptu Handri Kristanto sempat menerima penghargaan sebagai wasit terbaik ISL. Handri Kristanto yang merupakan pria asli Semarang tersebut pernah mengeluarkan 11 kartu kuning dalam satu pertandingan saat aktif sebagai wasit Indonesa Super League atau ISL yang saat ini bernama Liga 1. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Siapa sangka eks-wasit Liga 1 Indonesia (dulu ISL), Handri Kristanto saat ini menjadi Kapolsek Candisari Polrestabes Semarang dan berpangkat Inspektur Satu atau Iptu.

Handri Kristanto yang merupakan pria asli Semarang tersebut pernah mengeluarkan 11 kartu kuning dalam satu pertandingan saat aktif sebagai wasit Indonesa Super League atau ISL yang saat ini bernama Liga 1.

Tak hanya sebagai wasit biasa, pria berusia 41 tahun itu pernah menyabet penghargaan wasit terbaik ISL tahun 2014. 

Selepas menorehkan beragam prestasi sebagai wasit, ia memutuskan non-aktif sementara jadi wasit pada tahun 2019.

Baca juga: Pemain PSIR Rembang Dinilai Diving dan Handball, Persiku Kudus Adukan Wasit Liga 3 Jateng

"Iya itu dulu, sekarang sudah non-aktif," ujarnya kepada TribunBanyumas.com, Kamis (26/1/2023).

Karir Handri Kristanto di dunia wasit rupanya cukup mentereng, ia sempat terbang ke Brunei Darussalam untuk mengikuti seleksi wasit FIFA.

Hebatnya, hanya dua orang wasit saja yang mewakili Indonesia dalam kesempatan seleksi itu.

Diakuinya, menjadi Kapolsek sejak Oktober 2021, mulai saat itulah meninggalkan sepenuhnya dunia perwasitan. 

"Ya, soalnya saat ini sedang ada tugas penting lain yang harus saya laksanakan," beber pria asli Semarang itu.

Baca juga: Kalah 2-1 dari Arema FC, Pelatih Persis Solo Kritik Kepemimpinan Wasit. Gol Babak Pertama Dianulir

Karena ketegasannya, Handri sempat mengeluarkan banyak kartu kuning.

Hujan kartu kuning dikeluarkan saat memimpin pertandingan paling panas antara Persiram Raja Ampat yang saat itu bermarkas di Stadion Maguwoharjo Sleman menjamu Persisam Putra Samarinda.

Pada pertandingan yang berakhir 1-0 untuk kemenangan Persiram ini, wasit Handri Kristanto mengeluarkan 8 kartu kuning untuk 7 pemain tuan rumah dan 3 kartu kuning untuk tim tamu.

Gelandang tengah Persiram, Elvis Herawan menjadi satu-satunya pemain yang harus 'mandi lebih awal' setelah menerima kartu kuning keduanya pada menit ke-87.

Baca juga: Usai Laga Kontra RANS Nusantara, Pelatih Persikabo Djadjang Nurdjaman Masygul: Kita Dirampok Wasit!

Karier di Sepak Bola

Tentu tak mudah baginya untuk meninggalkan dunia si kulit bundar yang sudah menjadi hobinya sejak kecil.

"Dari kecil sudah suka bola, sempat menekuni sepak bola di Persikas Apac Inti sejak tahun 1997 sampai 2000," ujarnya.

Selepas itu, ia lantas  mendaftar sebagai polisi melalui pendidikan gelombang 2 di Sekolah Pendidikan Polisi Negara (SPN) Lido Polda Metro Jaya di Bogor, Jawa Barat.

Begitu masuk polisi, ia menjalani penempatan pertama di Mako Korp Brimob Polri Depok sebelum kembali ke Semarang.

Ia selama menjadi polisi tak jauh-jauh pula dari sepakbola dengan  bergabung di klub sepak bola kompetisi amatir Kota Semarang yakni Persatuan Sepak Bola Polisi (PS POP).

Karir sebagai pemain, terpaksa berhenti setelah alami cedera saat bertanding di tahun 2007.

Terpaksa pemain berposisi striker itu memutuskan untuk jadi wasit.

Keputusan itu berangkat dari sosok Widiyanto seorang polisi yang juga wasit sepak bola.

Baca juga: Hasil PSIS Vs Barito: Pelatih Dejan Marah Besar ke Wasit

"Dari dia juga saya terinspirasi dan termotivasi untuk jadi wasit," ucap pria yang pernah bertugas di Densus 88 Anti-Teror tersebut.

Perjalanan karier wasitnya beranjak dari Divisi Utama di tahun 2011.

Ia hanya setahun di Divisi Utama lalu memimpin pertandingan kasta tertinggi yakni ISL di tahun berikutnya.

Selama menjadi wasit, ia dikenal sebagai pengadil lapangan yang tegas dan lugas dalam memberi keputusan.

Puncak karier Handri sebagai wasit terjadi pada 2014 ketika dia mendapat dua kali penghargaan wasit terbaik ISL edisi bulanan.

"Masuk musim 2016-2017 sempat absen karena hendak menempuh sekolah perwira dan mulai aktif lagi di tahun 2018," tutur ayah tiga anak itu.

Suka dan Duka

Ia mengaku, selama menjadi wasit banyak kejadian suka dan duka.

Bagian bahagianya ketika memimpin pertandingan yang berjalan lancar.

"Ketika lancar itu sepertinya kayak nggak ada wasitnya," tuturnya.

Sebaliknya, tentu banyak tantangan yang harus dihadapi terlebih dalam laga-laga big match.

Handri tidak sekali memimpin laga besar seperti Persija vs Persib, atau Persebaya dan Arema serta banyak pertandingan besar lainnya.

Dari semua pertandingan itu, ia juga tidak sekali bercerita betapa banyak tekanan yang diperoleh.

Tekanan bisa datang dari mana saja baik dari pemain, official bahkan penonton.

Ketika dalam situasi tersebut kadangkala keputusan wasit tidak semua orang terima sehingga sering jadi sasaran kekesalan. 

"Tapi bagaimanapun kami berupaya memimpin dengan netral, tulus dan ikhlas," kata mantan anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang itu.

Baginya, menjadi wasit maupun polisi tidak jauh beda. 

Keduanya, sama-sama mengayomi dan melindungi masyarakat.

Untuk itu baik ketika menjadi wasit atau polisi, ia merasa masih menjalankan satu profesi.

"Sama-sama menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat," tandasnya.(*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved