Berita Banyumas
Terdampak Pandemi, Pelaku Wisata Jatilawang Banyumas Alih Profesi Jadi Penambang Pasir Sungai Serayu
Pandemi Covid-19 telah merenggut pekerjaan Suho (45), warga Desa Karanganyar, Kabupaten Banyumas, sebagai pendamping wisata desa dan tourguide.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Pandemi Covid-19 telah merenggut pekerjaan Suho (45), warga Desa Karanganyar, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, sebagai pendamping wisata desa sekaligus tour guide.
Untuk bertahan hidup, Suho akhirnya banting setir sebagai penambang pasir tradisional di Sungai Serayu Jatilawang.
Bermodalkan perahu yang terbuat dari bambu dan serok pasir sederhana, ia berangkat ke sungai sekira pukul 03.30 WIB.
Tak ada rasa takut saat dia harus berperahu menuju tengah Sungai Serayu.
Sesampai di titik yang diperkirakan banyak pasir, dia terjun ke sungai.
Baca juga: Rektor Unsoed Purwokerto: PTM Mulai Pekan Ketiga Oktober 2021, Diawali Mahasiswa Asal Banyumas Raya
Baca juga: Uniknya Sambutan Buat Ganjar Seusai Mendarat di Mimika, Disuguhi Tari Kuda Lumping Khas Banyumas
Baca juga: Dermaga Wisata Tambaknegara Banyumas Beroperasi, Tawarkan Wisata Susur Sungai Serayu
Baca juga: 55 PAUD di Banyumas Mulai Gelar PTM Terbatas, Setiap Kelas Dibatasi 5 Siswa
Menggunakan serok pasir, dia kemudian mengambil pasir dari dasar sungai untuk dikumpulkan di perahu.
Suho mengatakan, menambang pasir menjadi pekerjaan utamanya, saat ini.
"Sejak 2020 awal, memang sudah sulit mendapatkan pekerjaan di wisata. Saya bingung, menganggur, hingga kepikiran menambang pasir karena itu juga dekat dengan rumah saya," ujar Suho saat ditemui, Selasa (5/10/2021).
Biasanya, dia menambang pasir dari pagi buta hingga sore hari.
Lebih dari 12 jam setiap hari, mencari pasir, Suho mendapatkan bayaran sekitar Rp 75 ribu per hari.
Tentu saja, penghasilan ini jauh lebih sedikit dibanding saat dia menjadi pendamping desa wisata yang berpenghasilan Rp 5 juta-Rp 6 juta per bulan.
"Cukup namun sangat pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari. Terlebih, saya harus menghidupi keluarga serta menyekolahkan anak," katanya.
Karena sulitnya perekonomian keluarga ini pula, rencana anaknya untuk kuliah, tertunda.
"Saya bilang ke anak saya, tidak bisa kuliah sekarang. Anak saya satu lagi, masih SD," ujarnya.
Demi menambahkan penghasilan, istrinya bahkan ikut bekerja di sekitar tempat penambang pasir sebagai penjual kopi.