Berita Ekonomi Bisnis
Benang Rayon Kok Harganya Tidak Wajar, Pengusaha Asal Tegal Ini Sebut Jika Dibiarkan Rawan PHK
Industri penghasil sarung ATBM di wilayah Tegal dan sekitarnya kini sedang mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku benang rayon.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, TEGAL - Industri penghasil sarung alat tenun bukan mesin (ATBM) di Tegal mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku benang rayon.
Mereka kesulitan mendapatkan benang rayon yang merupakan hasil produksi dalam negeri.
Selain itu harga benang rayon dinilai mengalami kenaikan yang tidak wajar.
Baca juga: Doa Umat Hindu Jelang Nyepi di Kota Tegal: Semoga Pagebluk Covid-19 Cepat Berakhir
Baca juga: Anak Punk Makin Resahkan Pengendara, Satpol PP Kota Tegal: Sering Meminta Uang Secara Paksa
Baca juga: Leganya Nurhayati Seusai Disuntik Vaksin, Doa Lansia Asal Margadana Tegal Ini: Semoga Sehat Terus
Baca juga: Catat! Mulai 15 Maret, Pembayaran Tiket Masuk Wisata Guci Tegal Pakai Sistem Nontunai
Pemilik PT Asaputex Jaya Tegal, Jamaludin Al Katiri mengatakan, pengadaan bahan baku benang rayon baru tahun ini terasa sangat susah.
Bahkan kenaikan harganya pun tidak masuk akal.
Dia mengatakan, pada Desember 2020, satu bal benang rayon 40/2 harganya masih Rp 8 juta.
Kini harganya sudah Rp 12 juta per bal benang.
Padahal, menurut Jamal, benang rayon merupakan produksi asli dalam negeri.
"Kami sudah berjuang untuk ATBM hampir 40 tahun khusus tenun khas Tegal."
"Cuma baru sekarang terasa sangat susah sekali pengadaan bahan bakunya," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (13/3/2021).
Jamal mengatakan, tidak stabilnya harga benang rayon akan berdampak pada para perajin tenun atau sarung ATBM.
Seperti para perajin yang ada di wilayah Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang.
Dia memperkirakan, jumlahnya ada sekira 100 ribu kepala keluarga.
Jamal berharap, Pemerintah Pusat maupun provinsi segera hadir untuk menstabilkan harga.