Partai Baru Pimpinannya Kalah Telak di Pemilu Sela, Pesona Politik Mahatir Mohamad Diduga Memudar
Amir Khusyairi Mohd Tanusi, calon yang diusung Pejuang hanya mampu meraih 13,69 persen dukungan.
TRIBUNBANYUMAS.COM, SLIM – Pukulan telak dialami mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Partai baru pimpinannya, Partai Pejuang Tanah Air, tak berdaya pada pemilu sela yang digelar di daerah pemilihan (dapil) Slim, Sabtu (29/9/2020).
Amir Khusyairi Mohd Tanusi, calon yang diusung Pejuang hanya mampu meraih 13,69 persen dukungan.
Kandidat partai berkuasa Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Mohd Zaidi Aziz, menang telak dengan 84,53 persen suara.
UMNO memang sejak awal difavoritkan mempertahankan kursi untuk parlemen negara bagian Perak ini.
Slim adalah kota kecil agraris yang merupakan basis kuat UMNO sejak pemilu 2004.
Partai Pejuang pun realistis. Kendaraan politik yang baru berusia 2 pekan ini berharap minimal dapat meraih 40 persen suara.
• Ingin Depak Kepa, Chelsea Ajukan Barter ke AC Milan untuk Boyong Donnarumma
• Ini 14 Paslon yang Diusung Partai Nasdem pada Pilkada di Jateng
• Dipicu Hoaks Oknum TNI, Begini Kronologi Penyerbuan Mapolsek Ciracas
Namun, alih-alih meraih angka tersebut, yang ada, UMNO berhasil melipatgandakan dukungan.
Mahathir mendirikan Pejuang dengan harapan dapat memecah suara suku Melayu seperti yang dilakukan Bersatu, mantan partai Mahathir, pada pemilu 2018.
Namun, hasil ini memberi sinyal kuat suara Melayu tidak terpecah karena bersatunya tiga partai Melayu masing-masing UMNO, Partai Islam Se-Malaysia (PAS), dan Bersatu pada pemilu sela ini.
Pudarnya Pesona Politik Mahathir?
Mengandalkan nama besar Mahathir, Pejuang berkampanye dengan tema melawan "pemerintahan ilegal" bentukan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.
Seperti diketahui, Mahathir dipecat oleh mantan partainya Bersatu setelah menolak mendukung Muhyiddin dan koalisi pimpinannya Perikatan Nasional.
Politisi kawakan berusia 95 tahun itu turun langsung berkampanye untuk Khusyairi mengingatkan pemilih untuk tidak memilih calon yang dapat dibeli dan gampang mengubah haluan politik.
Popularitas Mahathir di kalangan pemilih kota kecil dan pedesaan seperti Slim adalah kunci utama kemenangan Pakatan Harapan yang mengantarkannya kembali ke kursi PM pada pemilu May 2018.
Mayoritas besar pemilih di daerah elektoral ini adalah suku Melayu.
Mereka memiliki hubungan sentimental dengan periode pertama 22 tahun kepemimpinan Mahathir yang berhasil mengangkat derajat ekonomi suku mayoritas di Malaysia itu.
Tidak ketinggalan, Mahathir juga sangat dihormati sebagai seorang negarawan senior.
Namun, popularitas suami Siti Hasmah di kalangan warga Melayu terus merosot sejak dia kembali menjadi orang nomor satu "Negeri Jiran".
• Pulau di Buton Dijual di Situs Jual Beli OLX, Warga Kaget
• Cucak Ijo Sekarang Masuk Satwa Dilindungi, Pemilik dan Peternak Wajib Kantongi Surat dari BKSDA
• Viral di Media Sosial, Petugas Parkir Mal Paragon Semarang Diseruduk Honda CRV. Begini Kondisinya
UMNO kerap mengkampanyekan Mahathir telah melupakan suku Melayu dan disandera oleh Partai Aksi Demokratik (DAP) yang identik dengan suku Tionghoa Malaysia.
Puncaknya adalah kolapsnya pemerintahan Pakatan Harapan pimpinan Mahathir pada Februari lalu.
Survei terakhir menunjukan tingkat kepuasan warga Melayu terhadap Muhyiddin mencapai angka menakjubkan yaitu 91 persen.
Hanya 35 persen warga Melayu yang puas dengan Mahathir, hal yang sangat ironis karena politisi berjuluk Dr M itu dikenal sebagai pejuang keistimewaan hak-hak Melayu.
Hasil mengecewakan di Slim adalah sinyal kuat bahwa redupnya popularitas Mahathir terbukti.
Ini akan memberikan tantangan berat bagi Dr M dan Pakatan Harapan untuk menjatuhkan pemerintahan Muhyiddin apalagi lebih dari separuh dapil Malaysia memiliki demografi mayoritas suku Melayu. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Partai Pejuang Tanah Air Kalah Telak, Pesona Politik Mahathir Memudar?".