Berita Banjarnegara
Warga Bawang Banjarnegara Menjerit, Dampak Pengeringan Irigasi Singomerto, Sudah Sembilan Hari
Warga keluhkan pengeringan saluran irigasi Singomerto Kabupaten Banjarnegara yang sudah memasuki sembilan hari ini.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Dampak pengeringan saluran irigasi Singomerto Kabupaten Banjarnegara mulai dirasakan sebagian masyarakat di Kabupaten Banjarnegara.
Di media sosial, warganet beramai-ramai mengeluhkan kebijakan yang dianggap merugikan masyarakat itu.
Masalahnya, menurut Prapti, warga Desa Masaran, Kecamatan Bawang, jadwal pengeringan irigasi kali ini terlalu panjang.
• Tak Mau Disalahgunakan Lagi, Seluruh Camat di Banjarnegara Diminta Data Rumah Kos Wilayahnya
• Kapolres Banjarnegara: Hal Penting Adalah Keselamatan, Jadi Mohon Disiplin Protokol Kesehatan
• 15 RTLH di Banjarnegara Bakal Direhab Gunakan Dana Zakat, Termasuk Usulan Pemkab
• Apa Kabar Dieng Culture Festival? Rencana Digelar Secara Virtual, Tunggu Izin Bupati Banjarnegara
Sampai saat ini, genap sudah sembilan hari irigasi dikeringkan oleh pihak terkait.
Saluran irigasi yang mulanya teraliri air mendadak kering kerontang.
"Mungkin bagi mereka yang tinggal di daerah mudah air tidak begitu berpengaruh."
"Tapi bagi kami, selain lahan pertanian kering, kolam ikan dan mata air bersih yang biasa kami gunakan untuk minum."
"Termasuk juga memasak juga mandi sudah mulai mengering," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (29/8/2020).
Pengeringan irigasi Singomerto yang dianggap terlalu lama ini tentu jadi soal.
Pasalnya, aliran dari Sungai Serayu itu dimanfaatkan masyarakat untuk banyak kepentingan.
Selain untuk mengaliri lahan pertanian, aliran irigasi juga dipakai warga untuk mengairi kolam ikan.
Karena irigasi kering, otomatis warga tidak bisa memanfaatkannya untuk mengairi kolam.
Alhasil, kolam-kolam ikan milik warga pun kering.
"Kolam ikan juga kering," katanya.
Debit air bersih yang mengalir ke rumah warga dari Pamsimas pun ikut mengecil.
Sumur-sumur sebagian warga juga mengering.
Ia menduga ini pengaruh dari irigasi yang kering, disamping karena cekaman kemarau.
Biasanya, meski kemarau mencekam, dampak kekeringan tak begitu dirasakan warga ketika saluran irigasi masih teraliri air.
Prapti mengatakan, warga sebenarnya telah terbiasa dengan program pengeringan irigasi.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan itu bukan tanpa alasan.
Seperti untuk perbaikan saluran irigasi.
Tetapi ia heran mengapa jadwal pengeringan kali ini sangat lama.
Hingga hari ke sembilan, saluran irigasi masih kering kerontang.
Padahal, lima hari saja irigasi kering, warga telah merasakan dampak kekeringan hingga memengaruhi kehidupan mereka.
Ia pun berharap pemerintah memahami penderitaan warga terdampak dan hadir memberikan solusi.
Terlebih air adalah sumber kehidupan bagi warga.
"Kalau pekerjaan untuk perbaikannya banyak, kan bisa jumlah tenaganya ditambah sehingga cepat selesai," katanya. (Khoirul Muzakki)
• Terbukti Tidak Gunakan Masker di Ruang Publik, 28 Warga Banyumas Didenda Rp 50 Ribu
• Lulusan Keperawatan di Purwokerto Ini Tak Betah Nganggur, Wisnu Jambret Emak-emak di Purbalingga
• Empat Titik Ini Diusulkan Ada CCTV, Begini Tanggapan Dinhub Purbalingga
• Mengenang Oey Kim Tjin, Warga Cilacap Pembawa Dokumen Negara saat Ibukota Boyongan ke Yogyakarta