Berita Kudus

Berhati Mulia, Tukang Ojek di Kudus Ini Sediakan Layanan Wifi Gratis bagi Siswa Yatim Piatu

Tergerak untuk membantu siswa belajar, seorang tukang ojek di Pasar Dawe, Imam Masruh (53), menyediakan fasilitas internet gratis di rumahnya.

Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/RAKA F PUJANGGA
Imam Masruh (53), bersiap pergi menjadi tukang ojek. Warga Dukuh Madu RT 02 RW 01, Desa Cendono, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus‎‎, ini biasa mangkal di Pasar Dawe, Kudus. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, KUDUS - Kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring menyulitkan sebagian siswa yang tidak memiliki kuota internet.

Tergerak untuk membantu siswa belajar, seorang tukang ojek di Pasar Dawe, Imam Masruh (53), yang berhati mulia ini, menyediakan fasilitas internet gratis di rumahnya di Dukuh Madu RT 02 RW 01, Desa Cendono, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus‎‎.

Imam juga memasang papan pemberitahuan di depan motornya untuk mengajak siswa yang tidak mampu dan yatim piatu menggunakan fasilitas wifi gratis itu.

"Saya ingin supaya anak-anak ini bisa belajar dan mendapatkan wifi gratis," ujar pria yang memiliki enam orang anak itu.

Imam menyampaikan, ‎kepeduliannya terhadap pendidikan anak itu juga dilatarbelakangi pekerjaannya. Selain ojek motor, dia juga mengajar di Madrasah Darussalam.

Sehingga, dia menginginkan, ‎anak-anak tidak mampu dan yatim piatu tersebut bisa mendapatkan kualitas pendidikan memadai.

Berbeda dari anak-anak yang secara ekonomi mampu, sudah memiliki akses internet di rumahnya pribadi.

"Saya kalau pagi ngojek, sedangkan siang harinya saya menjadi ustaz di madrasah," ujar Ketua Paguyubunan Tukang Ojek Pasar Dawe ini.

‎Pria yang menyediakan wifi gratis sejak sepekan lalu itu sudah didatangi sejumlah siswa yang kebanyakan berasal dari Madrasah Tsanawiyah.

Mereka yang datang, kata dia, siswa-siswa yang tidak mampu secara ekonomi dan yatim piatu.

Sehingga, wifi gratis yang diberikan tersebut sangat membantu siswa daripada harus membeli kuota internet.

"Daripada beli kuota internet, sinyal juga daerah sini sulit. Lebih baik, pakai wifi ini," ujarnya.

Biarpun hanya berpenghasilan Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu per hari, Imam rela menyisihkan uangnya untuk kegiatan sosial tersebut.

"Pengeluaran untuk wifi ini Rp 50 ribu per bulan. Ini bisa dipakai bersama," jelas dia.

Dia ingin mengajak warga masyarakat lain yang di rumahnya memiliki jaringan internet kabel, dapat membuka secara gratis.

Pasalnya, masih banyak siswa yang kesulitan belajar secara daring karena ‎harga kuota internet yang tidak murah.

"Ya, saya inginnya bisa tergerak semuanya biar bisa membuka akses wifi-nya secara gratis," harap dia.

Tak hanya membagikan wifi gratis, dia juga sudah mewakafkan tanah disamping rumahnya untuk dijadikan Musala Nurussauda‎.

"Kalau malam, saya di musala sebelah ini, tanah ini saya wakafkan untuk musala," ujar dia.

Imam Masruh (53), menunggui siswa yang memanfaatkan wifi gratis yang dia sediakan untuk belajar, di rumah Imam di Dukuh Madu RT 02 RW 01, Desa Cendono, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus??.
Imam Masruh (53), menunggui siswa yang memanfaatkan wifi gratis yang dia sediakan untuk belajar, di rumah Imam di Dukuh Madu RT 02 RW 01, Desa Cendono, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus??. (TRIBUNBANYUMAS/RAKA F PUJANGGA)

Sementara itu, Risa Maulida Aprilia (15), siswi kelas IX MTs Sunan Muria‎ Kudus mengaku senang bisa menggunakan fasilitas wifi gratis tersebut.

Dia baru mulai menggunakan internet gratis tersebut sejak hari Selasa (28/7/2020).

"Lumayan membantu belajar jadi tidak perlu beli kuota," katanya.

Selama pandemi ini, biasanya, dia harus mengeluarkan uang untuk membeli kuota internet minimal empat gigabyte (GB).

‎"Sebulan empat gigabyte, tapi kadang di sini susah sinyal," jelasnya.

Selain itu, ada Wisnu Wijayanto (16), siswa kelas IX MTs Sunan Muria yang juga datang untuk memperoleh wifi gratis.

Dia menceritakan, fasilitas wifi gratis itu membantunya saat mengunduh materi pelajaran.

Dalam sehari, dia harus mengunduh minimal dua materi pelajaran. Jika berkasnya dalam bentuk video maka kuota yang dipakai akan semakin besar.

"Saya pakai kuota yang Rp 15 ribu dapat satu gigabyte. Kadang nggak cukup kalau buat download video," ujarnya.

Makanya dia datang ke sana untuk mengurangi biaya pengeluaran. Pasalnya, orang tuanya hanya bekerja sebagai penjahit.

"Orangtua kerjanya menjahit. Kalau disini lumayan, bisa mengurangi pengeluaran buat beli kuota internet," jelasnya. (raf)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved