Liputan Khusus
Sempat Kabur saat Berlabuh di Uruguay, Lazuardi Kapok Jadi ABK di Kapal Asing Pencari Ikan
Sempat Kabur saat di Uruguay, Lazuardi Kapok Jadi ABK di Kapal Asing: Saya Trauma, tak ingin lagi kerja di atas kapal
Karena tak kuat sering mengalami kekerasan fisik, ia memilih kabur dari kapal ketika sandar di Uruguay. Lazuardi sembunyi di kapal lain dan menghubungi penyalur untuk minta dipulangkan.
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Cerita praktik perbudakan di kapal asing penangkap ikan mencuat beberapa waktu lalu, saat video jenazah anak buah kapal (ABK) Indonesia dilarung ditengah laut ooleh kapal asing berbendera China.
Prakti perbudahakan ini membekas, hingga menimbulkan trauma mendalam bagi para mantan ABK Indonesia, yang pernah bekerja di kapal asing penangkap ikan.
Satu di antaranya adalah Lazuardi (26), di mana ia sempat kabur saat berada di Uruguay, karena tak tahan atas praktik perbudakan yang menimpanya.
Dituturkan, sudah berkali-kali menjadi ABK di kapal asing mengaku trauma.
• Jadwal Acara TV Hari Ini Senin 15 Juni 2020: Net TV, GTV, MNCTV, Indosiar, Trans 7, Trans TV, ANTV
• Cara Mudah Cek Kepesertaan Bansos Covid-19 Melalui Aplikasi, Simak Petunjuk Berikut Ini
• Sudah Saya Anggap Anak Sendiri, Kisah Kedekatan Pak Ambo dengan Buaya di Sungai Guntung Kaltim
• Begini Cara Urus Surat Keterangan Bebas Covid-19, Berikut Biaya Mandiri di Rumah Sakit
Pria warga Tegal, Jateng itu mengaku tak ingin lagi bekerja di laut, sebab sering mengalami kekerasan fisik. Kepada Tribun Jateng ia bercerita, sejak tamat SMP sudah menjadi ABK.
Namun pada saat itu dirinya masih sebatas berlayar di perairan dalam negeri.
Barulah di 2013 ia mencoba peruntungan bekerja di kapal asing berbendera Taiwan.
"Alasannya karena dengar dari teman kalau kerja di kapal asing bayarannya lebih banyak tiga kali lipat dibanding berlayar di lokal," katanya.
Pengalaman pertama berlayar lintas negara di kapal asing berujung buruk.
Dari perjanjian dua tahun kontrak kerja, Lazuardi hanya mampu bertahan lima bulan.
Alasannya karena banyak mengalami kekerasan non-verbal.
"Nggak betahnya karena dari cara omongan bos kapal yang nggak enak bikin sakit hati."
"Selain itu sesama teman sekapal terjadi perselisihan, semuanya ABK dari Indonesia, tapi ada satu cekcok adu mulut hampir bacok," ujarnya.
Proses pemulangan Lazuardi berjalan lancar dan tidak merasa dipersulit.