Teror Virus Corona
ODP Corona di Kabupaten Tegal Meninggal Usai Alami Demam Tinggi dan Pendarahan di Mulut dan Hidung
Orang Dalam Pemantauan (ODP) corona di Kabupaten Tegal meninggal dunia, namun penyebabnya belum bisa dipastikan karena hasil uji laborat.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: Rival Almanaf
TRIBUNBANYUMAS.COM, SLAWI - Orang Dalam Pemantauan (ODP) corona di Kabupaten Tegal meninggal dunia, namun penyebabnya belum bisa dipastikan karena hasil uji laborat belum diterima.
Hal itu disampaikan oleh Direktur RSUD dr. Soeselo Slawi, Guntur Muhammad Taqwin, di ruang kerjanya Rabu (1/4/2020) pagi ini.
Sebelumnya ramai diperbincangkan di masyarakat jika kematian pasien laki-laki berusia 36 tahun tersebut karena infeksi Covid-19.
Hal ini terjadi lantaran pasien tersebut termasuk kategori Orang Dalam Pantauan (ODP), karena baru datang dari Jakarta seminggu sebelumnya.
• Resmi Terapkan Isolasi Wilayah, Penjagaan Pintu Masuk Tegal Diperketat Petugas Ber APD Lengkap
• Simak Riwayat Perjalanan 5 Pasien Positif Corona di Banyumas, Ada dari Bali, Solo, hingga Bekasi
• TKI asal Tegal di Taiwan Dilaporkan Positif Corona Covid-19
• Jenazah Terlantar 7 Jam di Depan Puskesmas Tamansari, Dinkes Tasikmalaya: Status ODP Asal Jakarta
“Saat datang ke rumah sakit, langsung kami tetapkan statusnya sebagai ODP karena dari tracking diketahui pasien baru datang dari Jakarta," kata Guntur, dalam rilis yang diterima Tribunjateng.com, Rabu (1/4).
Guntur menuturkan, jika ada pasien dengan gejala klinis seperti demam tinggi dan memiliki riwayat perjalanan dari wilayah zona merah, maka protokol kesehatannya secara otomatis menempatkan yang bersangkutan sebagai ODP.
“Pasien tersebut datang ke IGD dengan kondisi demam dan tensi tinggi. Sebelum meninggal, pasien sempat mengalami penurunan kesadaran dan keluar pendarahan dari mulut dan hidung," jelasnya.
Guntur mengungkapkan, sejak kedatangannya di ruang isolasi IGD, pasien ini akan dipindahkan ke ruang isolasi ICU.
Namun karena penuh, sudah terisi pasien Pasien Dalam Pengawasan (PDP), oleh dokter jaga IGD, pasien dipindahkan ke ruang isolasi Palm.
“Saat di ruang isolasi Palm inilah pasien mengalami henti jantung sehingga oleh tim medis dilakukan tindakan resusitasi jantung paru-paru, dengan pemberian oksigen dan obat-obatan emergency, namun tetap tak tertolong," tuturnya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, tim dokter pun telah mengambil sampel lendir tenggorokan pasien, dan mengirimkannya ke laboratorium kesehatan di Yogyakarta.
Sementara untuk pengurusan jenazahnya, pihaknya telah menerapkan standar operasional prosedur penanganan jenazah pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
“Pada kasus ini, kita terapkan prosedur penanganan Covid-19 sebagai antisipasi kemungkinan terburuk pasien terpapar virus Corona, meskipun jika dilihat dari gejala klinisnya, kematian pasien lebih disebabkan komplikasi penyakit seperti jantung ataupun stroke yang memicu pecahnya pembuluh darah. Termasuk TB paru karena dari penelusuran kami ke keluarganya, ada riwayat pasien untuk pengobatan penyakit ini," ungkapnya.
• Honor Play 9A Sudah Dipasarkan, Miliki Dua Kamera Belakang Ala Ponsel Kekinian
• WNA Dilarang Masuk Indonesia Mulai Besok Kamis, Terkecuali Enam Kriteria Ini
• Fadjroel Rachman Tanggapi Video Polisi Marahi Oknum Guru Arisan Saat Murid Diliburkan
• Peserta Ijtima Dunia Asal Magelang Meninggal Sebagai PDP Corona, Simak Update Covid-19 Hari Ini
Guntur pun menghimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak perlu menstigma pasien ini meninggal karena terinfeksi Covid-19, karena memang hasil tesnya belum keluar.
Sikap waspada dalam situasi seperti ini, kata Guntur, sangat diperlukan karena potensi berpindahnya virus dari kota besar ke desa-desa cukup besar, seiring dengan meningkatnya arus mudik, kepulangan warga ke kampung halamannya.
“Sepanjang warga disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, tidak bersentuhan secara fisik, menjaga jarak aman minimal satu hingga dua meter dengan siapa pun, entah itu dengan anggota keluarga, teman ataupun tetangga, terlebih mereka yang baru datang dari zona merah, tentunya tidak perlu panik," pesan Guntur. (dta)