Berita Purbalingga

Kisah Michelle Mahasiswi Asal Purbalingga yang Sempat Terjebak di Wuhan

Wajah semringah terpancar dari raut wajah Michelle Yemenia warga perum Palm Estate Penambongan Purbalingga.

Tribunbanyumas.com/ Rahdyan Trijoko Pamungkas
Michelle Yemenia didampingi ibunya menujukkan garansi sehat dari Kementerian Kesehatan. 

TRIBUNBANYUMAS.COM,PURBALINGGA - Wajah semringah terpancar dari raut wajah Michelle Yemenia warga perum Palm Estate Penambongan Purbalingga.

Pasalnya ia bisa kembali berkumpul bersama keluarga setelah dievakuasi di Kota Wuhan.

Michelle terjebak di Kota Wuhan selama 13 hari. Dirinya berhasil dievakuasi serta diobservasi di kepulauan Natuna.

Michelle merupakan mahasiswi jurusan Managemen Pariwisata di Jilin International Studies University Kota Changchun Provinsi Jilin.

Dirinya mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Tiongkok.

RUU Ketahanan Keluarga Sebut 4 Jenis Penyimpangan Seksual. Apa Saja?

Persib Tampil Tidak dengan Kekuatan Penuh, Jaya Hartono: Kami Akan Beri Perlawanan Serius

" Saya sudah 1,5 tahun di China, " kata dia saat ditemui di rumahnya, Rabu (19/2/2020).

Dara kelahiran 8 november 1999, mengaku saat libur Imlek pada bulan Januari 2020 lalu memutuskan untuk jalan-jalan keliling China.

Setelah itu dirinya berniat ingin mengunjungi teman baiknya yang ada di Kota Wuhan.

"Teman saya itu tidak pulang ke Indonesia. Saya sudah janjian beberapa bulan yang lalu. Tapi sebelum mengunjungi saya keliling China dulu," jelasnya.

Namun tidak terduga, ketika berada di Kota Wuhan, virus Corona mewabah.

Dirinya disarankan gurunya dan teman-temannya untuk keluar secepatnya dari kota tersebut.

"Saya baru dua hari di sana (Kota Wuhan) langsung membeli tiket untuk ke kota lain untuk keberangkatan tanggal 24 Januari 2020," ujarnya.

Sehari sebelum keberangkatan pada tanggal 23 Januari 2020 ternyata kota Wuhan diisolir.

Sejak pagi tidak ada lagi transportasi yang bisa keluar maupun masuk ke kota tersebut.

"Pokoknya tidak bisa keluar masuk Wuhan. Semua penerbangan maupun kereta dibatalkan," kata dia.

Michelle terisolir di kota Wuhan bersama teman-temannya yang berasal dari Indonesia.

Video Kadus Sukoreno Wonosobo Meninggal Tertimbun Tanah Longsor

Saksikan Debat Akademik antara Dosen dan Rektor Unnes Soal Pembebastugasan Besok

Kala itu dirinya berada di asrama mahasiswa yang berada di kota tersebut.

"Kondisi kala itu penuh rasa cemas dan takut terinfeksi virusnya," tutur dia.

Bahan Makanan Menipis

Menurutnya, Kota Wuhan kala itu dalam kondisi sepi.

Terlebih saat itu perayaan tahun baru Cina banyak masyarakat Wuhan berkunjung ke keluarganya yang ada di luar kota. 

"Pemerintah juga menganjurkan tidak keluar rumah kalau tidak kepentingan," tutur dia.

Selama berada di Wuhan, Dirinya bersama temannya memasak sendiri.

Dirinya takut tertular virus jika membeli makanan siap saji.

"Sementara bahan makanan mulai menipis dan kami takut keluar. Mau beli makanan juga takut jadinya masak sendiri," jelasnya.

Biasanya, dia bersama temannya membeli bahan makanan di mini market yang ada di sekolah tersebut.

Namun ketika toko tutup terpaksa harus membeli bahan makanan di luar sekolah.

"Kalau tutup biasanya teman cowok yang keluar. Kalau yang cewek tugasnya memasak," jelasnya.

Selama terisolir, dia bersama teman-temannya hanya berdiam diri di dalam asrama.

Diriya bersama teman-temannya saling menguatkan agar tidak sakit, dan stress.

"Awalnya pada stress tapi lama kelamaan ya sama-sama saling menguatkan," kata dia.

Disediakan Transportasi

Michelle mengatakan selama evakuasi Pemerintah Indonesia menyediakan transportasi untuk menyelamatkan warga negaranya yang ada di Provinsi Hubei.

Dirinya dijemput oleh Pemerintah Indonesia menggunakan bus.

"Jadi nanti sama-sama kumpul di airport (bandara),"tuturnya.

Saat di bandara, dia bersama warga negara Indonesia lainnya dilakukan pengecekan suhu tubuh.

Dirinya diminta mengisi daftar pertanyaan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia.

"Saya disuruh ngisi berapa lama di Wuhan. Ada keluhan batuk atau tidak," terangnya.

Sesampainya di Natuna, Michelle bersama bersama warga negara Indonesia dilakukan karantina. Dirinya tinggal di barak yang telah disediakan di tempat karantina.

" Disana kami menerapkan pola hidup sehat, " tutur dia.

Kisah Bocah Yatim Piatu yang Curi Kotak Amal Karena Lapar, Warga yang Menangkapnya Justru Iba

Fakta Baru Kemana Kaburnya Harun Masiku Terungkap dari Investigasi CCTV Bandara


Michelle dan teman sekarantina lainnya melakukan aktivitas berupa olah raga bersama. Dirinya juga diberikan vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuhnya.

" Setiap pagi dan malam selalu dicek kesehatannya rutin. Di tempat karantina juga dihadirkan psikolog untuk membuat kegiatan agar kami tidak stress. Pokoknya asyik di sana, " paparnya.

Ia menuturkan setelah keluar dari karantina telah mendapatkan sertifikat sehat yang dikeluarkan dari Kementerian Kesehatan. Dirinya meyakinkan kepada masyarakat agar tidak percaya dengan berita hoaks.

" Masyarakat tidak usah takut karena kami sudah di garansi dari Pemerintah kalau kami sehat. Jadi jangan percaya hoaks, " tukasnya.

Sering Telepon

Ibu Michell, Anna Laurie Ngantung menuturkan selama di Wuhan anaknya sempat menghubunginya jika tidak bisa keluar dari kota. Dirinya hanya menyarankan untuk terus berdoa agar bisa keluar dari kota tersebut.

" Saya selalu berikan semangat agar dia (Michelle) tidak patah semangat dan takut. Kalau saya takut pasti akan mempengaruhi kesehatan anak saya, " ujarnya.

Sehari, Anna menelpon putrinya dua hingga tiga kali. Dirinya ingin memastikan kondisi anaknya.

" Saya pasti video call anak saya agar bisa melihat kondisinya, " kata dia.

Meski telah ke tanah air dirinya masih mengizinkan anaknya tersebut sekolah di China. Dirinya hanya percaya anaknya bisa menjaga kondisinya.

" Yang pasti saya minta Michelle untuk rajin berolah raga, "kata dia.

Sementara itu Ayah Michelle, Agus Slamet Budijanto mencari informasi kondisi putrinya hingga Kedutaan Besar Indonesia yang ada di China . Dirinya meminta tolong rekannya yang berada di DPR RI Heru Sujatmoko agar bisa menghubungkan dengan Kedutaan Besar.

" Saya tidak berhubungan langsung. Tapi pak Heru yang mengabari saya. Hingga kepulangan anak saya dia yang ngabari saya , " tuturnya.

Setelah diobservasi, Agus menjemput anaknya di Bandara Adi Sucipto pada 15 Februari 2020 malam.

Resmi! Pasangan Artys Kantongi Rekomendasi PKB dan PDIP dalam Pilkada Blora 2020

Hal Pribadi Ashraf Baru Terungkap Setelah Ia Meninggal, Bunga Diduga Tidak Mengetahui

Anaknya tersebut berada di mobil dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah menuju ke Purbalingga.

" Orang tua tidak boleh jadi satu. Karena itu Standar Operasional Prosedur (SOP) menjamin sampai rumah," tuturnya.

Selama pemulangan, kata dia, Bupati Purbalingga juga sangat perhatian dengan anaknya. Bupati Purbalingga meminta selalu mengabarkan kondisi terbaru anaknya.

" Jadi saya ditanya terus sampai dimana dan kondisinya seperti apa," tuturnya.

Ia berterima kasih kepada Pemerintah Indonesia telah mengevakuasi anaknya. Dirinya apresiasi terhadap kerja keras yang dilakukan pemerintah.

" Saya sangat berterima kasih karena pemerintah sudah sangat ekstra kerja keras untuk warga negaranya," pungkasnya.(rtp)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved