Indra Baru Tahu Pacarnya dan Keluarga Dibantai setelah Baca di Facebook, Ini Kesaksiannya soal Vivin
"Saya dua kali ke rumah Vivin tapi tidak bertemu siapapun, dan sempat mendatangi para tetangganya juga
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Sidang lanjutan kasus pembunuhan satu keluarga di Banyumas kembali di gelar di Pengadilan Negeri (PN) Banyumas, pada Rabu (29/1/2020) sekira pukul 11.00 WIB.
Keempat terdakwa yang ddihadirkan adalah Saminah alias Minah (53) dan ketiga anaknya, yaitu Sania Roulitas (37) alias Sania, Irvan Firmansyah alias Irvan (32) dan Achmad Saputra alias Putra (27).
Agenda sidang kali ini adalah masih mendengarkan keterangan saksi-saksi dari jaksa penuntut umum (JPU).
• Dimana Teddy dan Putri Delina saat Lina Pingsan? Teddy Blak-blakan di Depan Hotman Paris
• Klasemen dan Jadwal Proliga 2020 Seri 2 Purwokerto, Putri Jakarta Pertamina Vs Gresik Petrokimia
• Kisah Mencekam Bus Malam-malam Terjebak di Jalan Perbatasan Banjarnegara-Kebumen, Penyebab Terungkap
• Kisah Mbah Kartasun Berjualan Meja di Usia 89 Tahun, Sering Dikira Pengemis dan Selalu Bawa UUD 45
Sidang dipimpin oleh Hakim Ketua Ardhianti Prihastuti serta Hakim Anggota Tri Wahyudi dan Randi Jastian Afandi yang dibagi dalam tiga berkas perkara.
Salah satu saksi yang dihadirkan adalah Indra Sentosa (27) yang merupakan kekasih dari korban Vivin Dwi Loveana alias Vivin (22), anak dari Ratno.

Dalam persidangan, Indra ditanya terkait barang-barang milik Vivin yang juga menjadi barang bukti pembunuhan.
Salah satu barang buktinya adalah Hp Blueberry warna hitam.
Indra mengaku tahu dan mengenali Hp tersebut, karena sering dipakai oleh korban Vivin.
Dalam persidangan Indra mengaku kenal dengan korban Vivin yang merupakan temannya sejak SMP.
Indra dan Vivin saling kenal pada lima tahun lalu.
Selama masa pacaran dengan korban Vivin, Indra pernah bertemu dengan orangtuanya, yaitu bapaknya yaitu Supratno.
"Kalau main ke rumah paling hanya bertemu bapaknya saja.
Vivin juga tidak pernah bercerita apapun tentang keluarganya," ujar Indra kepada TribunBanyumas.com, Rabu (29/1/2020).
Semenjak menghilang tanpa kejelasan, Indra
mencoba bertanya ke teman-teman Vivin di kampusnya.
Namun teman-teman Vivin menjawab tidak tahu.
Karena tidak kunjung mendapatkan kejelasan akan keberadaan pacarnya itu, Indra lalu pergi ke rumah Vivin dan mencoba bertanya dengan pihak keluarga.
"Saya dua kali ke rumah Vivin tapi tidak bertemu siapapun, dan sempat mendatangi para tetangganya juga.
Tetapi jawaban tetangga Vivin dan keluarga pergi," katanya.
Karena ditinggal begitu saja secara tiba-tiba, Indra sempat mengalami frustasi.
Hal itu tidak heran karena, Indra ditinggal pacarnya yang hilang.
"Komunikasi terakhir adalah melalui SMS, " imbuhnya.
Indra mengaku, sebelum menghilang dia bersama Vivin sering pergi bersama di kala sabtu dan minggu untuk makan atau sekedar jalan.
Menurutnya sosok Vivin memang pribadi yang pendiam dan sedikit tertutup.
"Kalau curhat masalah kampus saja tidak masalah keluarga dan kita kala itu baru pacaran 3 bulan," tambahnya.
Kerena ditinggal, Indra baru bisa move on setelah 4 bulan.
Setelah menghilang dan ditinggal Vivin, Indra memutuskan untuk bekerja di jepang hingga balik lagi ke Banyumas pada 2018.
Indra tahu bahwa Vivin menjadi korban pembunuhan setelah melihat berita di facebook yang menerangkan ada pembunuhan di Desa Pasinggangan Banyumas.
"Saya tidak asing dengan rumahnya, lalu saya perhatikan lagi ternyata di Desa Pasinggangan dan korban sudah 5 tahun, saya langsung curiga kala itu, jangan-jangan bener Vivin," pungkasnya.
Sidang lanjutan akan kembali di gelar pada 5 Februari 2020 dengan agenda masih mendengarkan saksi, yang kemungkinan akan menghadirkan Misem, ibunda dari para tersangka.

Kronologi Pembunuhan Satu Keluarga di Banyumas
Kasus penemuan empat kerangka manusia di Desa Pasinggangan, Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, akhirnya terkuak.
Setelah polisi melakukan serangkaian penyelidikan, terungkap empat kerangka yang dikubur di belakang rumah Misem adalah jasad tiga anak Misem itu sendiri dan seorang cucunya.
Ketiga anak Misem itu adalah Supratno atau Ratno (56), Sugiyono atau Yono (51), dan Hari Setiawan atau Heri (46).
Adapun cucu Misem tersebut adalah Fifin Dwi Loveana atau Pipin (27).
Mirip sinetron, pelaku utamanya tidak lain Saminah atau Minah (53), anak kedua Misem.
Tidak sendirian, dia melakukannya bersama-sama tiga anaknya, yaitu Sania Roulita (34), Irvan Firmansyah (31), dan Achmad Saputra (27).
Jadi pembunuhan berencana ini dilakukan sesama anggota keluarga.
Minah membunuh kakak dan adik sekaligus keponakannya dimana korban adalah paman dan sepupu anak-anaknya.
Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun menyatakan, keempat pelaku tersebut mengetahui sekaligus merencanakan rangkaian pembunuhan kepada korban yang masih keluarga mereka.
Kejadian sadis ini terjadi 9 Oktober 2014 silam, pada siang hari.
Kronologi bermula ketika Saminah membawa lebih dulu ibunya, Misem, ke rumahnya yang bersebelahan.
Tujuannya agar rumah Misem dalam kondisi kosong.
Misem dibawa seolah-olah dirawat karena sedang tidak sehat.
Kemudian dua anak Saminah, Irvan dan Putra, masuk ke dalam rumah Misem.
Mereka pertama-tama menghabisi Sugiyono.
"Sugiyono saat itu sedang mandi.
Saat keluar, langsung dipukul menggunakan besi oleh tersangka Irvan.
Masih ditambah lagi pukulan oleh tersangka Putra menggunakan tabung gas 3 kg," ujar AKBP Bambang Yudhantara kepada Tribunjateng.com, Selasa (27/8/2019).
Berdasarkan keterangan tersangka dan pemeriksaan forensik, ditemukan kecocokan karena luka ditemukan di bagian belakang kepala Yono.
Setelah dihabisi, mayat Yono dibawa ke salah satu kamar.
Irvan dan Putra pun duduk di ruang tengah menunggu kedatangan Ratno.
Ratno datang ke rumah sepulang dari tempat kerja sebagai PNS petugas Perpustakaan SMPN 4 Purwokerto.
"Begitu masuk ruang tengah, korban Ratno langsung dibunuh dengan cara yang sama.
Dipukul menggunakan besi dan tabung gas.
Setelah itu mayatnya dimasukkan ke kamar, ditumpuk bersama mayat Sugiyono," imbuh Kapolres.
Selang beberapa waktu kemudian, datang korban ketiga yaitu Heri yang merupakan putra bungsu Misem.
Dia juga dihabisi dengan cara yang sama.
Polisi menemukan luka pada bagian belakang dan samping kepala.
Target utama tersangka sebenarnya tiga korban itu saja sehingga jasad mereka ditumpuk dalam satu kamar.
Dua tersangka itu panik saat mengetahui sepupu mereka yaitu Fifin atau Pipin, putri Ratno, tiba di rumah.
"Mereka sudah mencoba mengirim pesan melalui hp Supratno agar Pipin jangan pulang ke rumah dulu.
Ternyata pesan tersebut tidak dibaca Pipin.
Dia sudah terlanjur sampai di rumah.
Karena takut ketahuan, Pipin pun dihabisi Irvan dan Putra," tandas AKBP Bambang Yudhantara.
Mayat-mayat tersebut kemudian dibawa ke belakang rumah Misem untuk dikuburkan.
Selama lima tahun, para tersangka bersikap seolah-olah keluarga mereka yang hilang itu pergi merantau.
Motif pembunuhan
Apa motif pembunuhan keji ini?
Selama beberapa tahun terakhir, antara tersangka utama dan tiga korban yang merupakan saudaranya yakni Supratno, Yono dan Heri sering mengalami cekcok.
Penyebab pertengkaran tidak lain dan tidak bukan berkaitan penggunaan harta milik orangtua mereka, Misem, yang akan menjadi warisan.
"Mereka berempat itu menempati tanah atau lahan sejumlah 22 ubin atau 298 meter persegi yang di atasnya sudah ada rumah Misem.
Dimana lahan tersebut nanti akan menjadi warisan dari Misem," ujar Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun kepada Tribunjateng.com, Selasa (27/8/2019).
Pada kenyataannya, di lahan tersebut juga sudah dibangun rumah milik Saminah yang bersebelahan dengan rumah Misem.
"Jadi Saminah sudah dibangunkan rumah oleh suaminya di lahan tersebut.
Pihak bank sudah melakukan foto-foto dan mendokumentasikan rumah seakan-akan lahan tersebut telah diagunkan.
Hal inilah yang menimbulkan kemarahan saudara-saudara Saminah dan memicu pertengkaran di antara mereka," ucap Kapolres.
Perlu diketahui, Misem memiliki empat anak yakni berturut-turut Ratno, Minah, Yono, dan Heri.
Minah satu-satunya anak perempuan.
Di sisi lain, dua anak lelaki Saminah yaitu Irvan dan Putra selalu menyaksikan ibunya cekcok dengan ketiga korban.
Mereka menganggap Saminah selalu dikeroyok oleh paman-pamannya.
Ketika Irvan dan Putra sudah beranjak dewasa, mereka juga terlibat dalam percekcokan tersebut.
"Mereka merasa ingin melindungi ibunya.
Sehingga sering terjadi percekcokan antara para tersangka dengan Saminah dan juga anak-anaknya," tandas Kapolres.
Konflik keluarga ini lambat-laun memunculkan anggapan kepada Irvan dan Putra bahwa hidup mereka sudah terancam.
Keduanya pun mengambil langkah untuk membunuh paman-pamannya.
Mereka mulai merencakan menghabisi nyawa ketiganya.
Apalagi seminggu sebelum pembunuhan, sempat terjadi pertengkaran hebat antara Irvan dan Sugiyono.
"Teriakan-teriakan keras terdengar dalam cekcok itu.
Para tersangka merasa mendapat ancaman pembunuhan dari korban," papar AKBP Bambang.
Setelah itu, ada diskusi antara Irvan yang meminta izin kepada Saminah untuk membunuh tiga pamannya.
Putra ikut membantu kakaknya meyakinkan sang ibu.
"Niat itu disampaikan Irvan dan Putra kepada Saminah.
Mereka menganggap jika tidak membunuh para korban, merekalah yang akan dibunuh.
Itulah alibi atau alasan mereka," ujar Kapolres.
Saminah mengaku semula melarang niat itu.
Oleh karena anak-anaknya selalu meminta agar para korban dihabisi, dia pun luluh.
Minah mengizinkan anak laki-lakinya untuk membunuh saudara-saudaranya itu.
Kebetulan selama ini mereka tinggal di rumah Misem atau bersebelahan dengan rumahnya.
"Bahasa yang digunakan Saminah kepada anak-anaknya adalah, 'Terserah, silakan.'
Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan pembunuhan itu," tutur dia.
Kronologi bermula ketika Saminah membawa lebih dulu ibunya, Misem, ke rumahnya yang bersebelahan.
Tujuannya agar rumah Misem dalam kondisi kosong.
Misem dibawa seolah-olah dirawat karena sedang tidak sehat.
Kemudian Irvan dan Putra masuk ke dalam rumah Misem.
Mereka pertama-tama menghabisi Sugiyono yang baru saja mandi menggunakan besi dan tabung gas 3 kg.
Korban kedua adalah Ratno atau anak tertua Misem.
Sepulang dari tempat kerja sebagai PNS petugas Perpustakaan SMPN 4 Purwokerto, korban dihabisi pakai cara yang sama.
Korban ketiga yaitu Heri yang merupakan putra bungsu Misem.
Dia juga dibunuh dengan cara yang sama.
Target utama tersangka sebenarnya tiga korban itu saja sehingga jasad mereka ditumpuk dalam satu kamar.
Irvan dan Putra panik saat mengetahui sepupu mereka yaitu Fifin atau Pipin, putri Ratno, tiba di rumah.
Keduanya pun tanpa ampun menghabisi Pipin demi menghilangkan jejak. (Tribunbanyumas/jti)
• Kisah Mbah Kartasun Berjualan Meja di Usia 89 Tahun, Sering Dikira Pengemis dan Selalu Bawa UUD 45
• Klasemen dan Jadwal Proliga 2020 Seri 2 Purwokerto, Putri Jakarta Pertamina Vs Gresik Petrokimia
• Dimana Teddy dan Putri Delina saat Lina Pingsan? Teddy Blak-blakan di Depan Hotman Paris
• Kisah Mencekam Bus Malam-malam Terjebak di Jalan Perbatasan Banjarnegara-Kebumen, Penyebab Terungkap