Benarkah Kamera Smartphone Bisa Menggantikan DSLR Seperti Kata Xiaomi? Simak Perbandingannya
Resolusi sensor kamera smartphone makin lama makin tinggi dan kini sudah menembus kisaran ratusan megapiksel
Ukuran sensor pula yang menyebabkan DSLR dan mirrorless bisa menghasilkan blur atau bokeh yang kentara.
Namun bukan berarti hasil jepretan smartphone bisa diremehkan.
Seperti yang dikatakan oleh Lucky, para pabrikan smartphone mengatasi keterbatasan secara hardware lewat teknik software.
Pixel binning menggabungkan empat piksel menjadi satu untuk meningkatkan kualitas gambar.
Computational photography memungkinkan mode-mode khusus seperti Night Mode dan Smart HDR yang kadang jepretannya mampu mengalahkan DSLR dalam kondisi tertentu.
Keterbatasan jangkauan lensa pun sebagian besar sudah teratasi dengan menerapkan banyak kamera.
Perspektif ultra wide dan telephoto bukan lagi monopoli kamera dedicated, tapi sudah banyak diterapkan di smartphone.
Lucky mengatakan, untuk sekadar memajang foto di media sosial atau menyimpannya di galeri, kemampuan kamera smartphone saat ini sudah sangat cukup mumpuni, setidaknya untuk konsumen non-profesional secara umum.
Makin lama resolusi makin tinggi
Selain jumlah kamera dan teknologi software, tren lain di industri smartphone adalah resolusi sensor yang makin lama makin tinggi.
Samsung menjadi salah satu pendorongnya dengan mengeluarkan sensor 48 megapiksel ISOCELL Bright GM1 pada bulan Juni 2018.
Sensor ini pertama kali diadopsi oleh Redmi Note 7.
Setahun setelahnya, Samsung merilis lagi ISOCELL Bright GW1 bulan Mei 2019 dengan resolusi lebih tinggi, 64 megapiksel.
Selain Samsung, Sony juga merilis IMX586, sensor beresolusi 48 megapiksel yang disusul IMX686 beresolusi 64 megapiksel.
Akhir tahun 2019, Samsung memperkenalkan sensor kamera beresolusi 108 megapiksel yakni ISOCELL Slim GH1.