Benteng Pendem Cilacap, Ditemukan setelah Terpendam Puluhan Tahun, Ada Terowongan ke Nusakambangan?
Apa yang menarik di tempat wisata ini sehingga menarik wisatawan dari pelbagai luar kota, seperti Kasyatin, datang ke sini?
Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: muslimah
TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP – Kasyatin (68) datang bersama tujuh orang dengan mengendarai mobil Kijang dari Kulon Progo.
Pukul 07.30 WIB, rombongan bertolak dari Kulonprogo dan pada pukul 11.00 WIB rombongan tiba dengan selamat di halaman parkir tempat wisata Benteng Pendem, Cilacap.
Apa yang menarik di tempat wisata ini sehingga menarik wisatawan dari pelbagai luar kota, seperti Kasyatin, datang ke sini?

Benteng Pendem dikenal dengan wisata sejarah di Cilacap.
Bangunan peninggalan Belanda tersebut menarik digali ceritanya.
Tribun Banyumas bergabung dengan rombongan Kasyatin untuk melihat-lihat bangunan bersejarah ini pada Minggu, (5/1/2020).
Beruntung pada kesempatan kali ini, rombongan Kasyatin ditemani pemandu wisata Dandit Sutrisno (52).
Dia yang bertugas menceritakan kepada wisatawan tentang sejarah dan fungsi bangunan tersebut.
Selama kurang lebih dua jam di dalam benteng, Dandit dengan fasih menceritakan setiap sisi bangunan.
Andai tak ada orang seperti Dandit, Wisatawan, seperti Kasyatin dan rombongan, tidak tahu bangunan tua dengan cat-cat terkelupas dan berlumut itu menyimpakan riwayat kelam sejarah penjajah Belanda di Cilacap.
Tiket masuk ke tempat wisata tidak mahal, hanya Rp 7.500.
Setelah membeli tiket, pengunjung dipersilakan masuk dan menikmati wisata sejarah di dalamnya.
Dandit menerangkan, Benteng Pendem terdiri dari beberapa ruang seperti ruang barak, ruang medis, ruang akomodasi, gudang senjata, ruang penjara, dan lorong.
Belanda membangun benteng tersebut pada 1861.
Setelah penjajahan usai dan karena faktor alam, bangunan benteng tersebut pernah sempat terpendam selama puluhan tahun.
”Lalu, saat Pertamina mengerjakan proyek kilang Minyak di Cilacap pada 1977.
Mereka menemukan bangunan ini.
Itu makanya dinamakan Benteng Pendem,” kata Dandit kepada rombongan wisatawan.
Nama Benteng Pendem diambil dari asal penemuannya, yakni benteng yang pernah terpendam.
Nama asli benteng itu adalah Kustbatterij op de Landtong te Cilacap.
Namun sekarang, di kalangan wisatawan, nama tempat ini lebih dikenal dengan nama Benteng Pendem.
Dandit menambahkkan, fungsi benteng ini sebagai tempat pertahanan Belanda.
"Dan juga tempat memenjarakan orang-orang kita,” jelasnya.
Lalu, Dandit mengajak wisatawan memasuki ruang penjara.
Di dalam sana, terdapat bekas tali rantai.
Tali-tali rantai itu, kata Dandit, digunakan untuk mengikat tahanan.
”Kebanyakan yang ditahan di sini adalah orang-orang Indonesia yang melawan tentara Belanda,” tambahnya.
Lekat dengan Mitoa dan Mistis
Sebagaimana dengan bangunan bersejarah di Indonesia yang gampang dikaitkan dengan hal-hal mistis.
Benteng Pendem juga tidak luput diliput stasiun televisi nasional hanya untuk dikorek cerita horornya.
”Bulan Desember lalu, saya menemani tim Silet datang ke sini,” kata bapak yang pernah bekerja sebagai tim SAR itu.
Televisi nasional lebih tertarik pada sosok hantu yang menghuni bangunan tersebut, ketimbang narasi sejarah yang terekam di dalamnya.
Kendati, menurut Dandit, hal-hal mistis kadang tampak di bangunan kuno tersebut.
Namun, pada pertemuan itu, Dandit lebih bercerita pada sisi sejarah bangunan tersebut.
Juga cerita terkait mitos terowongan yang tembus sampai Pulau Nusakambangan.
”Terowongan ini panjangnya 110 meter.
Terowongan ini tempat aktivitas tentara Belanda.
Di bawahnya ada tempat penjara dan tempat eksekusi tahanan.
Saya menepis isu terowongan ini tembus sampai Pulau Nusakambangan.
Terowongan ini tembus sampai ke pantai.
Gunanya untuk mengintai musuh-musuh Belanda yang datang dari laut,” ujarnya.
Memang Benteng Pendem kerap dikaitkan dengan mitos dan mistis.
Dua hal itu bisa membuat orang-orang enggan datang ke sini, tetapi tidak sedikit pula dua hal itu yang membuat wisatawan datang.
Kasyatin mengatakan tempat wisata ini membuat pengetahuannya tentang penjajah Belanda bertambah.
Kendati tidak muda lagi, dia tertarik dengan wisata sejarah.
”Semoga pejuang-pejuang yang meninggal di penjara tadi diterima di sisiNya,” doanya untuk pejuang Indonesia yang gugur.
Muji (67) juga merasakan hal yang sama.
”Benteng Pendem ini tempat yang langka. Bagus dikunjungi untuk mengetahui cerita-cerita penjajahan,” ujarnya.
Berada di bibir pantai, Benteng Pendem berdekatan dengan Teluk Penyu dan bersebelahan dengan Pulau Nusakambangan.
Tempat wisata ini yang gampang terhubung dengan tempat wisata yang lain.
Pantas saja setiap musim libur tiba, Benteng Pendem jarang sepi pengunjung.
”Kalau hari libur seperti ini pengunjung bisa sampai 3.000 orang.
Malah, liburan Tahun Baru seperti kemarin, pengunjung Teluk Penyu dan Benteng Pendem mencapai 10.000 orang,” katanya kepada Tribun Banyumas. (yun)