Opini Mahasiswa
Manajemen Kinerja di Persimpangan: Dari Obsesi Angka Menuju Penguatan SDM yang Bermakna
Saat ini, pengukuran kinerja dilakukan melalui e-SKP dan sistem e-Kinerja BKN, yang memungkinkan penilaian capaian individu secara digital
Banyak instansi telah mengembangkan inovasi digital pelayanan publik, namun mekanisme di lapangan belum sepenuhnya terintegrasi.
Sebagian masyarakat masih menghadapi proses yang panjang karena prosedur manual tetap diberlakukan di awal.
Bagi warga yang belum akrab dengan teknologi, hal ini menjadi tantangan tersendiri.
Situasi tersebut menggambarkan bahwa keberhasilan manajemen kinerja publik tidak cukup diukur dari kehadiran sistem digital atau capaian indikator, tetapi dari sejauh mana sistem tersebut benar-benar menyederhanakan proses dan memperkuat kemudahan pelayanan bagi semua lapisan masyarakat.
Kesenjangan antara capaian sistem dan realitas pelayanan ini menunjukkan bahwa transformasi birokrasi tak bisa hanya berhenti di level teknologi namun harus berjalan beriringan dengan transformasi manusia.
Baca juga: Video Longsor dan Banjir Landa 14 Kecamatan di Banyumas akibat Hujan Deras
Karena itu, paradigma baru manajemen kinerja ASN harus memandang pegawai sebagai human capital yang dikembangkan melalui nilai, kompetensi, dan budaya kerja positif.
Pendekatan ini sejalan dengan nilai dasar ASN “BerAKHLAK” dan penguatan budaya coaching dalam reformasi birokrasi.
Namun, dalam praktiknya, implementasi masih sering bersifat seremonial atau sekadar memenuhi kewajiban administratif tanpa perubahan perilaku yang nyata.
Manajemen kinerja ASN kini berada di persimpangan jalan.
Apakah akan terus menempuh jalur angka dan laporan, atau beralih ke arah pembelajaran dan penguatan manusia yang sesungguhnya?
Perubahan paradigma ini menuntut kepemimpinan transformatif di lingkungan birokrasi.
Pemimpin publik tidak cukup hanya menjadi pengawas capaian, tetapi juga harus menjadi coach dan mentor yang menumbuhkan potensi bawahannya.
Peter G. Northouse, seorang pakar kepemimpinan yang dikenal lewat buku Leadership: Theory and Practice (2021), menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional mampu menciptakan lingkungan kerja yang menginspirasi, memotivasi, dan memberdayakan pegawai agar tumbuh bersama organisasi.
Beberapa instansi pemerintah mulai mencoba pendekatan ini melalui program coaching dan one-on-one meeting antara atasan dan bawahan.
Dialog terbuka mengenai capaian, hambatan, serta pembelajaran yang diperoleh menjadi bagian dari proses kerja yang sehat.
| Video Longsor dan Banjir Landa 14 Kecamatan di Banyumas akibat Hujan Deras |
|
|---|
| Prabowo Bertemu PM Albanese Bahas Penguatan Kemitraan Strategis Indonesia–Australia |
|
|---|
| 90 Kafe dan Ruko di Wonosobo Belum Kantongi PBG, Pemkab Layangkan Teguran ke Pemilik |
|
|---|
| Video Mobil Lansia Asal Bumiayu Nyaris Terjun ke Pemukiman di Purwokerto, Diduga Mengantuk |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banyumas/foto/bank/originals/rhomadani-unsoed-oke.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.