"Saya diberi tahu kalau ada polisi yang mau datang ke rumah."
"Saya benar-benar tidak tenang,” ucapnya.
Bayang-bayang ancaman penjara juga terus menghantuinya.
Ia semakin takut setelah mendengar cerita dari salah satu saudaranya.
“Dulu ada saudara yang pernah masuk penjara karena masalah."
"Keluarganya harus keluarkan uang sampai Rp 20 juta untuk bisa bebas."
"Saya tambah takut, tambah stres,” ungkap Zuhdi.
Di tengah kondisi mental yang tertekan dan kalut itulah, seorang pria tak dikenal datang ke rumahnya.
Pria itu memperkenalkan diri dengan nama 'Lek Karno'.
'Lek Karno' datang dengan membawa angin segar dan janji-janji manis.
“Dia datang ke rumah saya, bilang bisa bantu menyelesaikan masalah dengan walimurid,” tutur Zuhdi.
Karena sedang panik dan berharap ada jalan keluar, Zuhdi pun langsung percaya.
Ia menuruti permintaan dari pria yang mengaku bisa menjadi penengah itu.
Guru Zuhdi kemudian memberikan uang sebesar Rp 300 ribu kepada 'Lek Karno'.
Tak hanya uang, ia juga memberikan empat bungkus rokok.
Namun, pertolongan yang diharapkan tak pernah datang.
Setelah menerima uang dan rokok, 'Lek Karno' menghilang bak ditelan bumi.
Semua nomor kontaknya tidak bisa lagi dihubungi.
Ia tidak pernah muncul kembali untuk menepati janjinya.
Guru Zuhdi pun sadar bahwa dirinya telah kena tipu.
“Sampai sekarang saya tidak tahu siapa dia sebenarnya."
"Tapi saya sempat percaya saat itu,” katanya dengan nada lirih.
Peristiwa penipuan ini menjadi bagian dari tragedi Guru Zuhdi.
Sebuah gambaran betapa beratnya tekanan yang ia hadapi seorang diri sebelum akhirnya mendapat dukungan dari masyarakat luas.