Acara ini ternyata tak hanya diikuti warga setempat tetapi juga warga desa tetangga.
Titik Haryani, misalnya, warga Margorejo itu ikut berebut apem karena meyakini bisa mendapat keberkahan.
"Supaya dapat berkah, (karena kue apemnya) sudah didoakan. Ada hajat yang diharapkan bisa terkabul. Ramai banget. Saya hujan-hujan ke sini. Kakinya sampe keinjak-injak. Tapi seru," ungkap dia.
Kepala Desa Tlogorejo Suharno merasa bangga melihat antusias warga mengikuti kirab ruwahan apem ini.
Dia mengatakan, pihak pemerintah desa memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan kebudayaan ini.
"Insyaallah karena masyarakat yang semangatnya seperti ini, pemdes mengagendakan beberapa kegiatan mulai ruwahan apem, bersih desa, sampai kirab budaya," ucap dia.
Suharno berharap, lewat acara ini, warga dapat menjaga kerukunan. Harapan tersebut sesuai filosofi kue apem yang konon berasal dari bahasa Arab 'afuwwun' yang berarti permohonan maaf.
Lewat filosofi tersebut, diharapkan, warga bisa senantiasa saling memaafkan kesalahan masing-masing sehingga terjalin kerukunan. (*)
Baca juga: Ramadan 2024 di Gaza, Warga Gelar Salat Tarawih Tanpa Penerangan di Dekat Reruntuhan Masjid
Baca juga: Bikin Bus Peziarah Makam Sunan Muria Sering Nyangkut, Jembatan Karangsambung Kudus Bakal Diperlebar