Pengendara Pilih Putar Balik Begitu Memasuki Jalan di Giritirto Kebumen, Yatno Ungkap Kesaksiannya

Penulis: khoirul muzaki
Editor: muslimah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga berjuang melintas di jalan penghubung Kebumen-Banjarnegara di Desa Giritirto Karanggayam Kebumen

TRIBUNJATENG.COM, KEBUMEN - Tinggal di wilayah perbatasan memang tak mengenakkan.

Bukan hanya tempat tinggalnya paling pinggir dan jauh dari pusat kota, nasibnya pun ikut terpinggirkan.

Malangnya nasib mereka setidaknya tercermin dari kondisi jalan yang memprihatinkan.

Memasuki Desa Giritirto Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen, pengendara langsung disambut jalan rusak parah sejauh sekitar 2 kilometer.

Padahal jalan ini digadang sebagai jalur tercepat yang menghubungkan kota Kebumen dengan kota Banjarnegara sehingga keberadaannya cukup strategis.

Yatno, pengendara yang hampir tiap hari melewati jalur itu mengeluhkan kondisi jalan yang memprihatinkan.

Bukan tanpa sebab.

Ini adalah akses penting bagi dia untuk mencari pangan.

Meski terbiasa melintas, Yatno tetap saja harus ekstra hati-hati saat melewati jalur itu.

Terlebih ia membawa cukup banyak penumpang di mobilnya.

Kondisi medan jalan yang dilalui sama sekali tak ramah bagi kendaraan, terutama mobil.

Jika tak hati-hati, kendaraannya bisa selip atau membentur batu-batu besar yang tertanam di jalan.

Ini yang membuat banyak pengendara tak berani melintas, hingga memilih putar balik daripada harus mengambil risiko.

Tapi bagi Yatno tidak ada pilihan lain, ia harus mampu menaklukkan jalan itu karena di sana roda perekonomiannya berputar.

"Kalau jalan ini dibangun, sangat mendukung perekonomian,"katanya

Jika bukan warga lokal yang terbiasa dengan medan itu, sebagian pengendara memilih memutar balik kendaraannya.

Kepala Desa Duren Kecamatan Pagedongan Banjarnegara Rasman bahkan mengaku pernah membantu pengendara dari arah Yogyakarta yang mobilnya terjebak di jalan itu.

Kendaraan itu harus didongkrak karena mogok terhambat batu.

Pengendara itu pun terpaksa putar balik untuk mengambil jalur alternatif lain dengan jarak tempuh berlipat.

Beberapa waktu lalu, ia pun melihat rombongan bus dan minubus dari arah Banjarnegara yang terpaksa putar balik karena tak berani meneruskan perjalanan.

Menurut Rasman, mereka yang terjebak di jalur itu biasanya berasal dari luar kota yang tak paham medan.

Mereka hanya mengikuti petunjuk google maps yang mengarahkan melalui jalur itu.

Wajar saja aplikasi itu mengarahkan pengendara dengan tujuan Banjarnegara-Kebumen melalui jalan itu.

Menurut dia, jalan itu merupakan jalur tercepat dari pusat kota Kebumen ke Banjarnegara maupun sebaliknya.

Ini dibanding jalur lain semisal ruas Gombong Kebumen-Mandiraja Banjarnegara.

Jalan itu memang lebih layak, namun lebih jauh untuk menghubungkan dua kota karena letaknya di pinggir kabupaten.

"Padahal ini akses paling cepat kenapa tidak jadi prioritas," katanya

Menurut Rasman, kondisi jalan yang buruk menghambat aktivitas perekonomian warga di dua kabupaten.

Menurut dia, banyak warga baik dari Banjarnegara maupun Kebumen yang memanfaatkan jalan itu untuk menunjang perekonomian mereka.

Terlebih bagi masyarakat Desa Giritirto, sebagian mereka bahkan harus kesusahan untuk mengakses kantor balai desa atau fasilitas kesehatan terdekat.

Padahal, bersebelahan dengan desa itu, Desa Duren Banjarnegara, kondisi jalan sudah jauh berbeda.

Jalan di perbatasan itu mulus setelah dibeton oleh Pemkab Banjarnegara.

Sayangnya, meski jalan telah mulus, warga Desa Duren pun masih kesusahan jika hendak bepergian ke Kebumen.

Sebab, jalan di perbatasan yang masuk wilayah Kabupaten Kebumen, kondisinya masih parah.

Gencarnya pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan oleh Pemkab Banjarnegara mestinya disambut Pemkab tetangga dengan langkah serupa.

Sehingga aksesibilitas dua kabupaten itu semakin terbuka untuk memacu pembangunan di sektor lain.

"Dampaknya ekonomi tersendat, baik yang dari Kebumen maupun Banjarnegara," katanya. (*)

Berita Terkini