Berita Jateng
Datang Hanya untuk Ngadem dan Cuci Mata, Rojali dan Rohana Bikin Mal di Semarang Terancam Tutup
Tak semua pengunjung datang ke mal untuk belanja. Fenomena unik ini tengah ramai dibahas di media sosial.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: khoirul muzaki
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Pusat perbelanjaan di Kota Semarang cukup banyak dipadati pengunjung.
Mal-mal di Kota Lunpia ini banyak diserbu baik yang di pusat kota maupun yang sedikit jauh dari kota. Bahkan, mencari tempat parkir pun seringkali kesulitan mengingat padatnya pusat perbelanjaan.
Pantauan Tribun Jateng di beberapa mal di ibu kota Jateng, sejumlah pengunjung mal nampak berjalan-jalan dari satu toko ke toko yang lain. Setelah menemukan produk yang dirasa cocok, pengunjung pun langsung membayarnya di kasir.
Namun, tak semua pengunjung datang untuk belanja. Fenomena unik ini tengah ramai dibahas di media sosial. Rojali alias rombongan jarang beli dan Rohana, rombongan hanya nanya. Dua istilah ini menggambarkan kebiasaan warga yang datang ke mal hanya untuk jalan-jalan, melihat-lihat promo, atau sekadar cuci mata, tanpa niat belanja serius.
Arina Zulfa, seorang karyawan swasta di Semarang, mengaku, cukup rutin menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan. Setidaknya, ia mengunjungi mal dua kali dalam sepekan. Diakui Arina, tidak selalu membelanjakam uangnya untuk membeli barang.
"Nggak selalu beli barang kalau ke mal. Tapi, kalau ngeluarin uang itu pasti, cuma nggak mesti beli barang," tutur Arina, Selasa (29/7/2025).
Baca juga: Ironi Kabupaten Tetangga Kota Semarang, 32 Ribu Warganya Menganggur
Menurut Arina, pusat perbelanjaan lebih jadi tempat hiburan baginya. Ia kerap menghabiskan waktu di food court, mencoba kuliner baru, atau menonton film. Sesekali, ia membeli barang jika ada promo menarik.
Kendati demikian, setiap ke mal, ia tak luput berkeliling ke sejumlah toko melihat promo yang sedang berjalan. Tidak menutup kemungkinan, jika tergiur promo menarik, ia juga berbelanja di mal. Hanya saja, frekuensi menghabiskan uang untuk barang lebih sedikit dibanding kulineran maupun hiburan.
"Lebih banyak ke hiburan sama makan sih, dari pada belanja barang kalau ke mal," ucapnya.
Tak beda jauh dengan Amaliyah, seorang ibu rumah tangga. Menanggapi tren fenomena rojali dan rohana, baginya, tidak sepenuhnya ia masuk dalam kategori itu.
Dia mengaku, tetap membelanjakan uangnya di pusat perbelanjaan, hanya saja tidak membeli barang yang tidak begitu ia butuhkan. Berkunjung ke mal, bagi dia, lebih pada refreshing menghabiskan waktu bersama keluarga.
"Misalkan, makan, ke arena bermain. Kalaupun mau beli barang, yang butuh-butuh saja sih. Kalau nggak butuh banget, biasanya lebih menahan diri," ujar Amaliyah. (eyf)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banyumas/foto/bank/originals/tenan-DP-mall-semarang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.