Ketua Dewan Pers: Konten AI Banyak Sampah, Dunia Pers Sedang Diteror Algoritma!

Ketua Dewan Pers Komaruddin Hidayat sebut AI dan algoritma medsos bisa rusak ruang publik dan jadi ancaman serius bagi dunia pers.

TRIBUNNEWS
KOMMARUDDIN HIDAYAT: Ketua Dewan Pers, Komaruddin Hidayat. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, JAKARTA – Ketua Dewan Pers Komaruddin Hidayat menyoroti maraknya konten digital berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) sebagai tantangan besar yang kini dihadapi dunia pers.

Ia menyebut, kemunculan AI di berbagai platform digital seperti YouTube, TikTok, hingga media sosial, membawa pengaruh ganda: sebagai mitra penyebar informasi, sekaligus ancaman terhadap kualitas jurnalistik.

"Praktis semuanya itu jadi mitra pers, tapi sekaligus juga mengancam pers," ujar Komaruddin seusai acara serah terima jabatan Anggota Dewan Pers di Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Menurutnya, algoritma dan teknologi digital telah menggeser cara masyarakat mengakses dan mengonsumsi informasi.

Namun sayangnya, banyak konten yang beredar lebih mengejar sensasi dan keuntungan, tanpa peduli pada akurasi maupun nilai edukatif.

"Banyak juga yang semangatnya cuma jual sensasi. Mencari follower, monetisasi, dan kadang-kadang isinya sampah-sampah," tegasnya.

Komaruddin menyebut fenomena ini sebagai bentuk baru dari kolonialisme digital yang menyerang pemikiran dan perilaku publik lewat algoritma media sosial.

"Yang diserang sekarang bukan fisik, tapi pola pikir masyarakat. Sekarang kita melihat dunia itu tergantung apa kata handphone," ucapnya.

Ia menekankan, menjaga ruang publik dari konten tak bermutu bukan cuma tugas Dewan Pers, melainkan tanggung jawab kolektif.

Komaruddin mengajak para jurnalis, pendidik, kementerian, hingga pengguna media sosial untuk bersama-sama mendidik masyarakat dan membersihkan ruang digital dari konten berbahaya.

"Medsos, guru, jurnalis, harus kerja bareng. Edukasi publik itu penting. Tapi kita juga perlu cleansing terhadap pikiran-pikiran dan sampah digital yang makin banyak," katanya.

Kritik ini sekaligus menjadi pengingat bahwa kemajuan teknologi perlu dikawal agar tak menggerus nilai-nilai jurnalistik dan akal sehat masyarakat.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved