Natal 2024
'Pendeta Jalanan' Agus Sutikno yang Sekolahkan Ratusan Anak Jalanan di Kota Semarang
Malaikat tak bersayap itu bernama Agus Sutikno. 'Pendeta jalanan' yang telah menyekolahkan ratusan anak jalanan di Kota Semarang.
Penulis: budi susanto | Editor: mamdukh adi priyanto
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Malaikat tak bersayap itu bernama Agus Sutikno. 'Pendeta jalanan' yang telah menyekolahkan ratusan anak jalanan di Kota Semarang.
Rambut gondrong, tato, celana ketat, sepatu boot dan sepeda motor chopper custom melekat pada Agus Sutikno.
Meski penampilannya nyentrik layaknya bikers dan rockers, namun dedikasi Agus untuk anak-anak jalanan tak bisa dikatakan main-main.
Baca juga: Pemeluk Islam-Buddha Baris Ucapkan Natal di Dusun Lereng Merbabu Semarang

Agus mengangkat anak-anak jalanan dari lembah keterpurukan.
Bahkan, ia menyekolahkan ratusan anak jalanan yang ada di Kota Semarang dan sekitarnya.
Dedikasi tersebut telah dilakoninya selama 18 tahun.
Ia juga mendirikan Yayasan Hati Bagi Bangsa.
Baca juga: Unik Pohon Natal dari Sayuran di Gereja Jeruklegi Cilacap
Yayasan tersebut terletak di Jalan Manggis II, Lamper Lor Semarang Selatan.
Agus sendiri merupakan seorang Pendeta di Gereja Pantekosta Di Indonesia (GPDI).
Tak terhitung sudah langkah Agus keluar masuk pemukiman dan mengajak anak jalanan untuk menggapai impiannya.
Jalanan menjadi pilihan Agus untuk mengabdi agar masyarakat marjinal mendapatkan tempat layak dan bisa hidup lebih baik.
Dari hal tersebut, Agus acapkali dijuluki sebagai 'Pendeta Jalanan' oleh masyarakat.
Dedikasi Agus pun dirasakan oleh anak asuhnya yang semula hidup dengan pahitnya dunia jalanan di Kota Semarang.
"Dulu saya jualan nasi bungkus di sekitar Peterongan hingga Simpang Lima Kota Semarang. Hal tersebut saya lakukan untuk melanjutkan sekolah," terang Alloysius Yefta Raffael di Yayasan Hati Bagi Bangsa, Rabu (25/12/2024).
Yayasan yang didirikan oleh Agus tersebut kini menjadi tempat tinggal Raffael dan rekan-rekannya.
Sepenggal pengalaman pahit juga diceritakan Raffael, meski sudah berjuang keras dengan berdagang nasi namun tetap saja uang yang ia kumpulkan tidak mencukupi untuk melanjutkan pendidikannya di SMA.
Belum lagi adanya Pandemi Covid 19, membuat Raffael harus menelan pil pahit.
Namun doa dan perjuangannya menemukan titik cerah. Ia dipertemukan dengan Agus.
Raffael pun diajak untuk ke Yayasan Hati Bagi Bangsa dan Raffael bisa melanjutkan pendidikannya lantaran dibiayai oleh yayasan tersebut.
Bahkan Raffael sangat bersyukur, kini ia bisa melanjutkan pendidikan hingga bangku kuliah.
Ia berujar tanpa Yayasan Hati Bagi Bangsa dan peren Agus, Raffael tak akan bisa mewujudkan impian untuk mengeyam pendidikan.
"Tidak hanya sebagai ayah, Pendeta Agus sudah seperti pendidik dan pengayom, ia sosok yang sangat luar biasa," terangnya.
Dirikan Yayasan Hati Bagi Bangsa
Yayasan Hati Bagi Bangsa sendiri didirikan oleh Agus pada 2015 silam untuk memberikan harapan kepada baru masyarakat marjinal.
Tak hanya anak jalanan yang putus sekolah, yayasan tersebut juga membantu pekerja seks, pencandu narkoba, lansia terlantar hingga ODHA di Kota Semarang.
Agus sendiri berujar hingga kini telah menyekolahkan 200 anak jalanan, merawat lansia hingga balita.
Setiap hari dikatakannya kegiatan untuk membantu masyarakat terpinggirkan selalu dilakukan.
Bahkan setiap bulan pembagian sembako dan uang saku untuk anak-anak yayasan dilaksanakan.
"Jadi tidak hanya saat Natal atau Lebaran saja, setiap hari kami selalu ingin melakukan hal-hal baik," terang Agus.
Langkah untuk menyadarkan orang-orang pengguna narkoba hingga ODHA dikatakan Agus juga masih dilakukan sampai detik ini.
Ia juga berujar tentang anak-anak jalanan yang sebenarnya kehilangan sosok ayah.
Untuk itu Agus hadir di jalanan, karena ia ingin menghadirkan sosok ayah yang bisa merangkul tanpa memukul.
Agus juga mengesampingkan padangan negatif tentang penampilannya, karena ia ingin menyalurkan berkat tuhan ke masyarakat terpinggirkan.
"Memang biasanya Pendeta rapi, berbeda dengan saya."
"Anggapan negatif saat melihat saya pasti ada namun tidak saya gubris."
"Tapi setelah melihat apa yang saya lakukan selama 18 tahun pandangan tersebut berubah," tutur Agus.
Baginya welas asih menjadi hal utama dan menjadi sifat dari tuhan yang seharusnya diteruskan oleh manusia tanpa memandang ras, suku maupun agama.
Bahkan ia mengatakan welas asih harus diwujudkan secara nyata ke sesama manusia.
Yang spesial, Agus tak pernah memaksa anak asuh dan orang yang ikut di Yayasan Hati Bagi Bangsa untuk masuk Agama Kristen.
"Apa yang saya lakukan tidak ada sangkut pautnya dengan agama dan murni tentang kemanusiaan."
"Masih ada anak asuh saya yang memakai jilbab juga," kata Agus.
Ditambahkannya selama 18 tahun, Agus dan Yayasan Hati Bagi Bangsa tak pernah meminta bantuan ke pemerintah ataupun menyodorkan proposal.
Meski membutuhkan biaya tak sedikit, namun Agus percaya, tangan tuhan tak pernah diam membantu umatnya.
Ia menceritakan hal-hal yang tidak bisa dihitung atau diluar rasio manusia kala menjalani hidup untuk membantu sesama.
"Saya juga bingung kalau ditanya tentang itu, 18 tahun ini saya mengalami banyak hal yang tak masuk akal."
"Namun saya percaya tuhan yang mengutus saya membantu saya," papar Agus.
Sebelum mengakhiri perbincangan Agus mengatakan, Natal bukan hanya milik Nasrani namun seluruh orang untuk mewujudkan welas asih kepada sesama. (*)
Hari Raya Natal 2024, 404 orang Narapidana dan Anak Pidana di Jateng Mendapatkan Remisi Khusus |
![]() |
---|
Pemeluk Islam-Buddha Baris Ucapkan Natal di Dusun Lereng Merbabu Semarang |
![]() |
---|
Menag Ucapkan Selamat Natal 2024 : Tebar Cinta Kasih, Kuatkan Bangunan Kemanusiaan |
![]() |
---|
Unik, Pohon Natal dari Galon Bekas, Dibuat Jemaat Gereja di Pati |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.