Berita Bisnis

Babak Belur Industri Manufaktur Jateng: Dihajar Kenaikan Nilai Tukar Dollar-Konflik Iran vs Israel

Ketegangan antara Iran dengan Israel diprediksi berdampak pada industri manufaktur di Jawa Tengah.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/IDAYATUL ROHMAH
Ilustrasi kapal membawa kontainer ekspor produk dari Jawa Tengah. Konflik Iran-Israel diprediksi bakal memukul industri di Jawa Tengah, di antaranya bidang garmen dan farmasi. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Ketegangan antara Iran dengan Israel diprediksi berdampak pada industri manufaktur di Jawa Tengah.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah Frans Kongi mengatakan, dampak awal yang diperkirakan terjadi adalah beban produksi yang meningkat karena kenaikan harga bahan baku.

"Kalau kita lihat, pasti ada efek kepada industri manufaktur dalam negeri. Sekarang ini, dolar saja sudah naik, terus terang, itu sangat tidak menguntungkan atau membahayakan bagi industri dalam negeri."

"Sebab, industri manufaktur kita 80 persen bahan baku harus impor dan impor kita bayar dalam dolar (AS)," kata Frans saat dihubungi, Senin (22/4/2024).

Seperti diketahui, Senin, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan seiring dengan eskalasi konflik Iran-Israel.

Menurutnya, pelemahan rupiah akan membuat harga beli bahan baku makin tinggi.

Sedangkan industri di Jawa Tengah, banyak mengandalkan bahan baku impor untuk produksi di berbagai sektor industri, di antaranya garmen dan farmasi.

"Produksi industri kita memakai minyak dan gas. Kalau sekarang dolar naik, otomatis harga minyak nanti naik, harga listrik naik, harga gas naik, padahal minyak, gas, dan listrik itu bahan penting bagi produksi kita. Ini bisa membuat produk kita harganya juga naik," sebutnya.

Baca juga: Ledakan di Isfahan Iran Diduga Balasan dari Israel, Perang Dunia 3 di Depan Mata?

Sedangkan, menurut dia, menaikkan harga produk sama saja mengurangi daya saing.

Di samping itu, inflasi juga turut menjadi ancaman.

"Ekspor belum tentu baik karena kondisi luar negeri macam kita inflasi. Masing-masing mempertahankan negara sendiri, jadi belum tentu ekspor kita itu punya pasar yang baik di sana."

"Kalau kita jual dalam negeri, harga naik, terus terang saja daya beli masyarakat juga menurun."

"Dan yang kita takutkan juga, kondisi ini akan memicu inflasi. Daya serap dalam negeri bisa atau tidak, itu yang kita khawatirkan," jelasnya.

Baca juga: Drone dan Rudal Iran Hujani Israel, 12 Orang Terluka Termasuk Anak Perempuan Umur 7 Tahun

Frans pun mendorong pemerintah secepatnya mengambil peran agar konflik geopolitik kedua negara itu tak berkepanjangan.

Menurutnya, perang Rusia-Ukraina sudah cukup mengganggu ekspor di Jawa Tengah.

Halaman
12
Sumber: Tribun banten
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved